“ Dik, bagaimana dengan Ayah dan Ibu ?
Masihkah air suci melebur cinta yang tetap sejati ?
Merendahkan diri dan menelanjangi kelam “
Inilah kakakmu yang tak pernah punya rasa malu !
Padamu !
masih saja menganut azas “ jelangkung “.
Datang tak dijemput, pulang tak diantar !
Kau datang dan pergi, aku seperti tak peduli.
Kakakmu yang seperti bocah ingusan ketika bermain dengan buaian alkohol dan jalang tubuh lajang nakal.
Kita seperti dua dunia dalam bentangan semesta tunggal.
Kau yang mampu menangis tersedu dalam malam – malam ketika ku tak pulang.
Ahh….sebenarnya ingin benar kulihat titik air matamu yang jatuh membasahi sajadah lapuk itu.
Sajadah yang pernah kubelikan untukmu dulu ( Bukan karena tahu untuk apa sajadah itu, tetapi harganya yang sangat murah mendorongku untuk segera membawanya pulang untukmu. Hanya sepuluh ribu rupiah. Menurutku harga itu betul – betul murah dibandingkan harga botol Mariachi Tequilla yang kucekik tiap hari ).
Sebenarnya aku trenyuh juga melihat kau masih memakai sajadah itu, tapi diri ini malu untuk mengakui apalagi sekedar memeriksa kelayakan sajadah itu.
Huahahahaha..yang benar saja ! seorang sial dangkalan sepertiku menyentuh sajadah.
Oh come on ! apa yang nanti bakal dikatakan teman – temanku.
insyaf lo brur ? dah mau koid lo ?
Maka kakiku melangkah pergi lagi ketika kau beranjak menuju meja reyot beserta lampu cempor itu.
Kau bawa buku – bukumu dari kamar dan kau duduk.
Belajar ? buat apa belajar ? mending gak sekolah tapi bisa cari duit.
Buktinya aku bisa teler tiap malam dengan duit sendiri.
Kamu tahu tidak berapa rupiah yang mampu aku keluarkan untuk sekedar merasakan apa yang namanya teler dan jackpot ?
Kamu tak perlu tahu.
Yang penting tiap bulan kamu bisa makan dan menambah buku – buku kamu dari duit ini.
Jangan Tanya juga darimana kakakmu ini banyak duit ! sekolah saja sana !
Aku yang mampu menangis tersedu sepertimu adikku !
Ketika ada satu hari lewat tanpa air panas itu lewat di tenggorokanku.
Ketika satu hari saja aku tak bisa naik ranjang bersama si pemilik lekuk indah yang kucumbu begitu nafsu.
Ketika Si Tante Frida kabur dariku tanpa meninggalkan sehelai cek pun.
Betul..aku mampu menangis ketika itu. Malah lebih hebat dari tangisan yang kamu nyanyikan tiap malam. ( kapan kita mau lomba menangis ? )
Kamu hanya bisa menangis disajadahmu. Sendiri.
Sedangkan aku mampu menangis tanpa airmata sambil menghancurkan barang – barang di rumah yang kau jaga dan kau rawat tiap pagi.
Bukankah kau tak perlu repot – repot lagi harus bangun shubuh tiap hari untuk merawat barang – barang itu ?
Yang kau lakukan ketika itu hanya pergi ke kamar dan menangis tersedu lagi.
Busyet ! apa kemampuan perempuan hanya menangis ?
Putus cinta, hilang pekerjaan, dimarahi bos , dimusuhi kerabat dan segala tetek bengek lainnya yang bisa membuat wanita menangis di atas kasur sambil menutupi muka dengan bantal.
Dikira bisa selesai semua masalah dengan kelakuan seperti itu ?
Tapi tadi aku bicara kalau aku juga menangis ya ? berarti jiwaku juga seperti perempuan ?
Akh..mana ada sih perempuan yang bisa tidur dengan tante Frida ! Ya..aku lelaki !
Maka kubanting lagi sisa piring – piring yang ada di dapur. Dan kamu menangis lagi !
Aku tertawa dalam hati.
tetapi sesaat kemudian sebuah suara menghentikan tawaku.
Kudekatkan telingaku ke pintu kamarmu.
Hebat ! suara tangis kamu bisa terhenti secepat itu.
Dan suara itu. Suara setelah tangisanmu yang terhenti.
Suara itu.
suara yang yang tak pernah dikeluarkan dari mulut bau naga teman - temanku.
“ Ya Allah ! bukakan pintu maaf untuk kakakku! Sebenarnya dia seorang kakak yang baik Ya Allah ! karena adanya dialah aku bisa sekolah seperti sekarang ini ! dialah kakak sekaligus ayah dan ibu bagiku ! bukakan pintu hidayahMu untuknya Ya Allah !
Dia kakakku satu – satunya dan paling baik ! tak pernah berani memukulku maka dia memecahkan barang – barang di rumah ini ! jangan ambil dia dariku ketika keadaanya seperti ini Ya Allah ! jika ingin Kau ambil dia, ambillah dia besok ketika kami sedang bersama – sama sujud dihadapanMu ! tunjukkan jalanMu padanya ! jalan yang Engkau ridhoi ! bukan jalannya setan yang terkutuk !Tunjukkan padanya betapa nikmatnya ketika menyebut namaMu di tiap Sholat malamku ! Amien Ya Robal Allamin ! “
Badanku bergetar.
Kupingku terasa panas.
Mataku tiba – tiba perih.
Kakiku mendadak goyah.
Secepatnya aku pergi dari rumah itu sambil menitikkan airmata yang tak pernah kukeluarkan sekali pun selama 15 tahun kebelakang.
Aku menangis. Sialan ! aku benar – benar menangis !
Inikah nilai murni dari sebuah tangisan yang sebenarnya ?
Judul lukisan " Langit dan Manusia Menyatu " karya Falun Dafa
Dari pameran lukisan bertajuk " Keteguhan Hati yang Tak Tergoyahkan ".
Untuk Adikku Yenni Sopi Mayanti ( Boliyent ).....beresin tuh Tugas Akhir cepetan ! jangan pacaran mulu ma si " tukang ojeg
copy:http://my.opera.com/ibenk_sablenk/archive/monthly/?startidx=5