UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN METODE PENEMUAN DI KELAS X.1 SMAN 1 TA

  1. JUDUL

UPAYA PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM MATA PELAJARAN MATEMATIKA POKOK BAHASAN PERSAMAAN KUADRAT DENGAN METODE PENEMUAN DI KELAS X.1 SMAN 1 TAKTAKAN


  1. PENDAHULUAN

Upaya untuk mewujudkan masyarakat yang berkualitas merupakan tanggung jawab pendidikan, terutama dalam mempersiapkan peserta didik menjadi subjek yang semakin berperan menampilkan keunggulan dirinya yang tangguh, kreatif, mandiri dan professional pada bidangnya masing-masing. Pendidikan adalah pengaruh bimbingan, arahan dari orang dewasa kepada orang yang belum dewasa agar menjadi dewasa, mandiri dan memiliki kepribadian yang utuh dan matang. Kepribadian yang dimaksud adalah semua aspek yang ada sudah matang yaitu meliputi cipta, rasa dan karsanya.

Di dalam pendidikan terdapat proses belajar-mengajar. Dimana belajar akan lebih bermakna jika anak mengalami apa yang dipelajarinya, bukan mengetahuinya. Pembelajaran yang berorientasi pada target penguasaan materi terbukti berhasil dalam kompetisi jangka pendek, tetapi gagal dalam membekali anak memecakan persoalan dalam kehidupan jangka panjang.

Untuk memecahkan persoalan tersebut, maka diperlukan strategi-strategi dalam pembelajaran. Dalam hal ini strategi-strategi belajar mengacu pada perilaku dan proses-proses berpikir yang digunakan oleh siswa yang mempengaruhi apa yang dipelajari termasuk proses memori dan metakognitif. Menurut Michel Pressle (Nur, 2000 : 7), menyatakan bahwa strategi-strategi belajar adalah operator-operator kognitif meliputi dan di atas proses-proses yang secara langsung terlibat dalam menyelesaikan suatu tugas belajar. Strategi-strategi tersebut merupakan strategi-strategi yang digunakan siswa untuk memecahkan masalah belajar tertentu.

Semua model pembelajaran ditandai dengan adanya struktur tugas, struktur tujuan, dan struktur penghargaan. Struktur tugas mengacu pada jenis-jenis tugas kognitif dan sosial yang memerlukan model pengajaran dan pelajaran yang berbeda. Struktur tujuan mengacu pada tingkat koperasi dan kompetensi yang dibutuhkan siswa untuk mencapai tujuan. Struktur penghargaan meningkatkan nilai dalam bidang akademik. (Nur, 2000 : 2-3).

Selain model pembelajaran yang diperlukan, maka dalam pemilihan metode pembelajaran matematika juga sangat diperlukan. Kecenderungan guru adalah mengajar di kelas dengan metode yang sudah dikuasainya, sebab berdasarkan pengalaman mengajar akan terbentuk suatu pola mengjar tertentu yang dipandang paling efektif dan efisien, walaupun sudah menemukan pola metode yang dianggap sesuai. Namun proses pencarian pola tersebut tidak boleh berhenti sebab ada kemungkinan terdapat metode yang lebih baik.

Perlu diakui bahwa pelajaran matematika itu penting, tetapi sulit untuk dipelajarinya. Matematika menumbuhkembangkan kemampuan bernalar, yaitu berpikir sistematis, logis, dan kritis, dalam mengkomunikasikan gagasan atau dalam pemecahan masalah.

Pada kenyataannya, khususnya di kalangan para pelajar, matematika masih merupakan mata pelajaran yang kurang disenangi. Mereka sulit untuk memahami matematika secara baik, apalagi untuk memperoleh hasil yang maksimal. Salah satu faktor untuk menarik minat siswa terhadap mata pelajaran matematika sehingga dapat mengurangi rasa kurang senang tersebut adalah faktor intrinsik. Untuk mendukung faktor intrinsik itu salah satunya adalah membuat suasana pembelajaran di kelas menjadi lebih menarik bagi siswa.

Maka tidak jarang siswa yang asalnya menyenangi pelajaran matematika, kemudian beberapa bulan/tahun kemudian menjadi acuh sikapnya terhadap pelajaran matematika. Mungkin, salah satu penyebabnya adalah cara mengajar guru yang tidak sesuai dengan siswanya.

Oleh karena itu, bagi seorang guru harus dapat menciptakan suasana belajar yang melibatkan mental-fisik-sosial siswa secara aktif supaya memberi peluang kepada siswa untuk mengamati dan menjelaskan sambil memberikan argumentasi, dan penalaran lainnya. Guru harus selalu menghargai setiap usaha dan hasil kerja siswa, dan memberi stimulus yang mendorong siswa untuk berbuat dan berpikir sambil menghasilkan karya dan pikiran kreatif. Sehingga siswa menjadi pembelajar seumur hidup.

Dalam pengajaran matematika yang umumnya bisa dilaksanakan siswa menerima bahan pelajaran melalui informasi yang disampaikan oleh guru. Cara mengajar informatif ini dapat terjadi dengan menggunakan metode ceramah, ekspositori, dan tanya jawab atau metode mengajar lainnya. Pada cara ini materi disampaikan hingga bentuk akhir, sedangkan cara belajar siswa merupakan belajar dan menerima. Berhubungan dengan model pembelajaran itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang salah satu model pembelajaran di kelas yang disebut dengan pembelajaran berdasarkan masalah dengan metode penemuan.

Metode penemuan ini bertolak belakang dari pandangan bahwa siswa sebagai subjek dan objek dalam belajar yang mempunyai dasar untuk berkembang secara optimal sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya. Proses pembelajaran harus dipandang sebagai stimulus yang dapat menantang siswa untuk melakukan kegiatan belajar. Peranan guru lebih banyak menempatkan diri sebagai pembimbing atau pemimpin belajar dan fasilitator belajar. Dengan demikian siswa lebih banyak melakukan kegiatan sendiri atau bentuk kelompok dalam memecahkan permasalahan dengan bimbingan guru (Sriyono, 1992:97).

Metode penemuan ini mempunyai kelebihan untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar maju dan berkembang sesuai kemampuannya dan dapat memperkuat, serta menambah kepercayaan kepada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.

Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk mengetahui bagaimana penerapan metode pembelajaran dalam Persamaan Kuadrat untuk meningkatkan pemahaman terhadap prestasi belajar siswa. Dalam hal ini penulis mengambil judul “ Upaya Peningkatan Terhadap Prestasi Belajar Siswa Dalam Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Persamaan Kuadrat Dengan Metode Penemuan di Kelas X SMAN 1 Taktakan”.

  1. RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka penulis dapat marumuskan masalah penelitian ini sebagai berikut :

    1. Apakah model pembelajaran dengan metode penemuan pada pokok bahasan Persamaan Kuadrat dapat meningkatkan prestasi belajar siswa di kelas X.1 SMAN 1 Taktakan ?

    2. Bagaimanakah upaya peningkatan terhadap prestasi belajar dengan metode penemuan dalam pokok bahasan Persamaan Kuadrat siswa kelas X.1 SMAN 1 Taktakan?

    3. bagaimanakah efektivitas pelaksanaan pembelajaran Matematika dengan menggunakan metode penemuan di kelas X.1 SMAN 1 Taktakan ?


  1. TUJUAN PENELITIAN

Tujuan yang ingin dicapai penulis dalam penelitian ini adalah :

    1. Untuk mengetahui prestasi belajar siswa pada pokok bahasan Persamaan Kuadrat dengan menggunakan metode penemuan.

    2. Untuk mengetahui upaya peningkatan terhadap prestasi belajar siswa dengan metode penemuan dalam pokok bahasan Persamaan Kuadrat.

    3. Untuk mengetahui efektivitas pelaksanaan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode penemuan.


  1. MANFAAT HASIL PENELITIAN

    1. Manfaat bagi Penulis

Mudah-mudahan hasil penelitian ini dapat memberikan informasi dan gambaran penulis tentang persamaan kuadrat terhadap siswa kelas X SMAN 1 Taktakan dengan menggunakan metode penemuan serta pelaksanaan pembelajarannya.

    1. Manfaat bagi Siswa

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan, wawasan, dan pengalaman kepada siswa dalam mata pelajaran matematika materi persamaan kuadrat.

    1. Manfaat bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan perbandingan oleh guru matematika untuk digunakan dalam pembelajaran matematika khususnya persamaan kuadrat.


  1. KAJIAN PUSTAKA

  1. Matematika

Pengertian matematika sangat sulit didefinsikan secara akurat. Pada umumnya orang awam hanya akrab dengan satu cabang matematika elementer yang disebut aritmatika atau ilmu hitung yang secara informal dapat didefinisikan sebagai ilmu tentang berbagai bilangan yang bisa langsung diperoleh dari bilangan-bilangan bulat 0, 1, -1, 2, - 2, ..., dst, melalui beberapa operasi dasar: tambah, kurang, kali dan bagi.

Matematika tingkat lanjut digunakan sebagai alat untuk mempelajari berbagai fenomena fisik yang kompleks, khususnya berbagai fenomena alam yang teramati, agar pola struktur, perubahan, ruang dan sifat-sifat fenomena bisa didekati atau dinyatakan dalam sebuah bentuk perumusan yang sistematis dan penuh dengan berbagai konvensi, simbol dan notasi. Hasil perumusan yang menggambarkan prilaku atau proses fenomena fisik tersebut biasa disebut model matematika dari fenomena.

Apabila fenomena fisik yang dibuat model matematikanya adalah fenomena kontinyu (jadi mengandung tak terhingga unsur-unsur, misalnya fenomena cahaya yang merupakan bentuk tenaga dengan satuan terkecil disebut foton), model matematika yang dihasilkan seringkali hanya mencakup sebanyak hingga pengamatan atau hanya mencakup daerah yang terbatas dari fenomena yang tak terbatas, atau hanya bersifat diskrit, walaupun model tersebut masih dianggap sebagai bentuk yang sangat ideal dan yang sangat mendekati fenomena fisik aslinya.

Di masa lalu, cabang-cabang matematika yang mempelajari fenomena fisik kontinyu (gelombang, panas, elastisitas suatu material, gerak cairan, dsb) mendominasi cabang-cabang matematika yang bisa diterapkan pada berbagai fenomena fisik seperti yang biasa dipelajari dalam fisika dan kimia. Sebagai akibatnya, cabang-cabang matematika ini digolongkan dalam kelompok matematika terapan atau matematika fisika.

Tetapi sejak berkembangnya ilmu-ilmu komputer, penerapan cabang-cabang matematika yang mempelajari fenomena-fenomena yang bukan sekedar diskrit, bahkan berhingga, berkembang dengan cepat. Sebagai contoh, konsep lapangan hingga (Inggris: finite fields) yang dulu dianggap sebagai cabang murni dari ilmu aljabar merupakan salah satu tulang punggung penting dalam coding theory.

Demikian pula, teori ukuran (Inggris: measure theory) semakin banyak penerapannya, khususnya dalam teori fraktal dan kaitannya dengan teori chaos. Tentu saja para matematikawan masih bisa mempelajari aspek-aspek dari teori fraktal dan chaos tanpa harus mendalami teori ukuran.

Secara umum, semakin kompleks suatu fenomena, semakin kompleks pula alat (dalam hal ini jenis matematika) yang mampu untuk mendapat solusi seakurat-akuratnya. Jadi tingkat kesulitan suatu jenis atau cabang matematika bukan disebabkan oleh jenis atau cabang matematika itu sendiri, tetapi disebabkan oleh sulit dan kompleksnya fenomena yang solusinya diusahakan dicari atau diselesaikan dengan menggunakan jenis atau cabang matematika tersebut.

Sebaliknya berbagai fenomena fisik yang mudah di amati, misalnya jumlah penduduk di seluruh Indonesia, tak memerlukan jenis atau cabang matematika yang canggih. Kemampuan aritmatika sudah cukup untuk mencari solusi (jumlah penduduk) dengan keakuratan yang cukup tinggi.

Banyak para pakar matematika yang juga mendalami filosofi di balik konsep-konsep matematika bersepakat bahwa semua konsep-konsep matematika secara universal terdapat di dalam pikiran setiap manusia.

Jadi yang dipelajari dalam matematika adalah berbagai simbol dan ekspresi untuk mengkomunikasikannya. Misalnya orang Jawa secara lisan memberi simbol bilangan 3 dengan mengatakan "Telu", sedangkan dalam bahasa Indonesia, bilangan tersebut disimbolkan melalui ucapan "Tiga". Inilah sebabnya, banyak pakar mengkelompokkan matematika dalam kelompok bahasa, atau lebih umum lagi dalam kelompok (alat) komunikasi, bukan sains.

Dalam pandangan formalis, matematika adalah penelaahan struktur abstrak yang didefinisikan secara aksioma dengan menggunakan logika simbolik dan notasi matematika; ada pula pandangan lain, misalnya yang dibahas dalam filosofi matematika.

Matematika ialah ilmu dasar yang mendasari ilmu pengetahuan lain, kita ingat jaman-jaman sebelum masehi, dimana pada jaman mesir kuno ilmu aritmatika digunakan untuk membuat piramida, digunakan untuk menentukan waktu turun hujan, Struktur spesifik yang diselidiki oleh matematikawan sering kali berasal dari ilmu pengetahuan alam, dan sangat umum di fisika, tetapi matematikawan juga mendefinisikan dan menyelidiki struktur internal dalam matematika itu sendiri, misalnya, untuk menggeneralisasikan teori bagi beberapa sub-bidang, atau alat membantu untuk perhitungan biasa. Akhirnya, banyak matematikawan belajar bidang yang dilakukan mereka untuk sebab estetis saja, melihat ilmu pasti sebagai bentuk seni daripada sebagai ilmu praktis atau terapan.





  1. Persamaan Kuadrat

Secara umum persamaan kuadrat berbentuk ax2 + bx + c = 0. Persamaan kuadrat merupakan salah satu jenis persamaan polinomial berderajat dua. Rumus abc serta alternatifnya merupakan rumus yang familier untuk menghitung akar persamaan kuadrat. Dengan formula tersebut secara teoritis selalu bisa dipakai untuk menghitung akar persamaan kuadrat.


  1. Metode Penemuan

  1. Pengertian Metode Penemuan

Menurut Sund, penemuan adalah proses mental dimana siswa mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip. Yang dimaksud dengan proses mental tersebut antara lain ialah: mengamati, mencerna, mengerti, menggolong-golongkan, membuat dugaan, menjelaskan, mengukur, membuat kesimpulan, dan sebagainya. Suatu konsep misalnya: segitiga, panas, demokrasi, dan sebagainya. Sedangkan yang dimaksud dengan prinsip antara lain ialah: logam apabila dipanaskan akan mengembang. Dalam metode ini, siswa dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami proses mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan memberikan instruksi.

Metode penemuan ini pada mulanya digunakan dalam bidang pengajaran ilmu lain, seperti matematika, IPA, Biologi. Namun, pada masa sekarang ini metode discovery dipergunakan juga dalam pengajaran bahasa dan sastra.


  1. Komponen Metode Penemuan

Komponen-komponen metode penemuan secara garis besarnya terdiri dari:

    1. Masalah

Masalah yang akan disodorkan kepada siswa diambi dari kurikulum. Dalam hal ini, guru harus mempertimbangkan apakah pokok bahasan yang dipilih itu layak disajikan dengan menggunakan metode penemuan atau tidak, sebab ada saja kemugkinan bahwa metode lain lebih efektif untuk pokok bahasan tersebut.

    1. Data

Guru yang akan menyajikan bahan palajaran, baik berupa lisan maupun tulisan dengan menggunakan metode penemuan ini harus terlebih dahulu mengolah bahan yang dimaksud agar sesuai dengan bahan sajian untuk metode penemuan.

    1. Penyajian masalah

Penyajian masalah terhadap siswa merupakan kata pengantar tujuan pelajaran dan penjelasan tentang kegiatan yang akan dilakukan siswa.

    1. Kegiatan siswa

Siswa diberi kesempatan menghayati data, melakukan proses mental dalam waktu tertentu sesuai dengan bahan dan waktu yang tersedia.

Kegiatan siswa sebaiknya diarahkan pada pencapaian perumusan penemuan-penemuan dan aplikasinya. Hal ini berarti siswa dituntut untuk dapat mengkaji masalah yang ada sedalam-dalamnya.

    1. Kegiatan guru

Pada saat siswa melakukan siswa kegiatan penemuan, guru hendaknya mengamati, mendengarkan pembicaraan antar siswa, dan sekali-kali bertanya kepada siswa untuk membimbingnya ke arah penemuan serta penarikan kesimpulan penemuan. Guru harus dapat memotivasi siswa dengan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat mengarahkan.

    1. Penyelidikan penemuan siswa

Setelah kegiatan mencapai hasil dalam bentuk kesimpulan penemuan awal, guru menyuruh siswa untuk mengemukakan hasil penemuannya di kelas. Siswa lainnya memperhatikan, mengamati, dan bertanya jika perlu.


    1. Latihan siswa

Latihan siswa merupakan suatu bentuk variasi lain untuk menyelidiki hasil penemuan siswa. Mungkin saja guru tidak menuntut perumusan yang telah dikemukakan siswa, tetapi langsung menyodorkan latihan-latihan sebagai upaya mengaplikasikan kaidah, aturan, hukum, dari data yang telah diolah siswa.


  1. Tahapan Metode Penemuan

Ada lima tahapan yang dapat ditempuh dalam melaksanakan metode penemuan, yaitu:

    1. Merumuskan masalah untuk dipecahkan oleh siswa.

    2. Menetapkan jawaban sementara atau lebih dikenal dengan istilah hipotesis.

    3. Siswa mencari informasi, data, fakta yang diperlukan untuk menjawab permasalahan atau hipotesis.

    4. Menarik kesimpulan atau generalisasi.

    5. Mengaplikasikan kesimpulan atau generalisasi dalam situasi baru.


  1. Kelebihan dan kekurangan Metode Penemuan

Penggunaan metode discovery ini, guru berusaha meningkatkan aktivitas dalam proses belajar mengajar. Oleh karena itu, metode ini memiliki keunggulan sebagai berikut:

  1. Metode ini mampu membantu siswa untuk mengembangkan; memperbanyak kesiapan; serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan siswa.

  2. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut.

  3. Dapat membangkitkan kegairahan belajar para siswa.

  4. Metode ini mampu memberikan kesempatan kepada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

  5. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat.

  6. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri.


Walaupun demikian baiknya metode ini, namun ada pula kelemahannya yang perlu diperhatikan, yaitu :

  1. Pada siswa harus ada kesiapan dan kematangan mental untuk cara belajar ini siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnya dengan baik.

  2. Bila kelas terlalu besar, penggunaan metode ini akan kurang berhasil.

  3. Bagi guru dan siswa yang sudah biasa dengan perencanaan dan pengajaran tradisional, mungkin akan sangat kecewa bila diganti dengan metode penemuan.

  4. Dengan metode ini ada yang berpendapat bahwa proses mental ini terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan atau pembentukan sikap dan keterampilan bagi siswa.

  5. Metode ini mungkin tidak memberikan kesempatan untuk berfikir secara kreatif.

Itulah kelebihan dan kekurangan metode penemuan yang dikemukakan oleh Roestiyah.


  1. HIPOTESIS TINDAKAN

Pembelajaran matematika dalam pokok bahasan persamaan kuadrat dengan menggunakan metode penemuan, diduga akan meningkatkan prestasi belajar siswa.



  1. METODE PENELITIAN

  1. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam metode penelitian ini adalah metode penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini dilakukan penekanan berupa prestasi belajar siswa dengan metode penemuan.


  1. Subyek Penelitian

    1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah SMAN 1 Taktakan yang mendapatkan materi Persamaan Kuadrat.

    1. Sampel

Sample diambil dengan teknik acak (random) dengan 2 kelas yaitu X.1.


  1. Instrumen Penelitian

Salah satu kegiatan dalam perencanaan suatu penelitian adalah menyusun instrumen penelitian atau alat pengumpul data sesuai dengan masalah yang diteliti.

Adapun instrumen penelitian dalam penelitian ini adalah berupa lembar angket, wawancara dan lembar observasi.


  1. Desain Penelitian

Dalam penelitian ini, desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian tindakan kelas. Dalam penelitian ini akan dilakukan tindakan dengan beberapa siklus, yang dimana proses penelitian siklus terdiri dari :

      1. Perencanaan

Tindakan yang akan dilakukan untuk meningkatkan prestasi belajar siswa.

      1. Tindakan

Upaya untuk memperbaiki keadaan yang diinginkan.

      1. Observasi

Mengamati proses dari tindakan yang dilaksanakan terhadap siswa.

      1. Refleksi

Mengingat, merenungkan dan mempertimbangkan hasil dari tindakan yang telah dihasilkan dalam observasi.

Proses ini akan berlangsung dari perencanaan – tindakan – observasi – refleksi. Sehingga tercapai tujuan yang diinginkan.


  1. Prosedur Penelitian

  1. Gambaran Umum Penelitian

Penelitian dilakukan di kelas X.1 SMAN 1 Taktakan. Penelitian dilakukan dengan 3 orang guru matematika, di mana satu orang sebagai pengajar, dan orang sebagai observer. Jumlah siswa kelas X.1 SMAN 1 Taktakan terdiri dari 40 siswa, sedangkan karakteristik para siswa kelas tersebut sama seperti kelas-kelas yang lain, baik dari kemampuan/prestasi belajar ataupun keadaan sosial ekonominya.

  1. Rincian Prosedur Penelitian

    1. Perencanaan

Langkah-langkah perencanaan penelitian yang dilakukan sebagai berikut :

      1. Menghubungi kepala sekolah

      2. Menentukan kelas subyek penelitian

      3. Menyiapkan rencana pembelajaran

      4. Menentukan fokus observasi dan aspek-aspek yang diamati

      5. Menentukan jenis data

      6. Menentukan pelaku observasi, alat bantu observasi, dan cara pelaksanaan observasi

      7. Menetapkan cara pelaksanaan dan pelaku refleksi

      8. Menetapkan kriteria keberhasilan


    1. Tindakan

Pelaksanaan tindakan dalam penelitian melalui proses pembelajaran yang trerbagi ke dalam dua siklus penelitian.

      1. Siklus pertama

Pelaksanaan pembelajaran menggunakan metode penemuan dengan pokok bahasan persamaan kuadrat (dilaksanakan 4 kali tatap muka).

Observasi dalam siklus ini dilakukan dengan cara mengadakan pengamatan secara langsung yang dilakukan dua observer, yaitu dua orang guru bidang studi matematika SMAN 1 Taktakan. Hasil pengamatan dari 4 pertemuan, kemudian didiskusikan sebagai bahan reflleksi untuk rencana tindakan pada siklus kedua.


      1. Siklus kedua

Proses pembelajaran tetap menggunakan metode penemuan dan dengan pokok bahasan yang sama, yaitu persamaan kuadrat (dilaksanakan 4 kali tatap muka). Dalam siklus kedua dilakukan oleh observer. Hasil pengamatan dianalisis dan didiskusikan bersama sebagai bahan refleksi untuk rencana tindakan dalam melaksanakan penelitian kembali.


    1. Observasi dan Evaluasi

      1. Observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan dengan pelaksanaan pembelajaran yang dibantu oleh observer, meliputi pengamatan :

        • Antusias belajar siswa

        • Keterampilan guru dalam metode penemuan

      2. Evaluasi dilaksanaan bersamaan dengan proses pembelajaran yang dilakukan oleh guru matematika dan observer dengan alat bantu tersebut berupa lampiran dan dihitung dengan penilaian presentasi.


    1. Refleksi

Data yang telah terkumpul pada siklus pertama dengan pokok bahasan persamaan kuadrat yang dilakukan 4 kali tatap muka dianalisis dan didiskusikan bersama observer tentang kelebihan dan kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, kemudian dideskripsikan sebagai bahan penyusunan perencanaan tindakan pada pembelajaran siklus yang kedua.

Data yang terkumpul dalam siklus yang kedua dengan pokok bahasan yang sama, yaitu persamaan kuadrat yang dianalisis dalam bentuk tabel. Hasil analisis data didiskusikan dengan observer untuk menggali kelebihan dan kelemahan yang terjadi dalam proses pembelajaran, kemudian dideskripsikan sebagai bahan untuk mencari alternatif tindakan lain apabila melakukan kembali penelitian tindakan kelas.


  1. ANALISIS DATA


Data yang diperoleh dari hasil wawancara, angket dan observasi direkapitulasi dan dianalisis dengan menggunakan penilaian presentasi.

Untuk melihat antusias siswa, observer melakukan wawancara dan memberikan angket kepada siswa setelah itu, hasil dari wawancara dan pengisian angket direkapitulasi menggunakan penilaian presentasi untuk melihat peningkatan antusias belajar siswa dari pertama kali tatap muka sampai dengan 4 kali tatap muka.

Pada lembar angket siswa (dalam pernyataan positif) yang menawab “sangat setuju” bernilai 4, yang menjawab “setuju” bernilai 3, yang menjawab “tidak setuju” bernilai dan siswa yang menjawab “sangat tidak setuju” bernilai 1. Adapun perhitungannya sebagai berikut :


Untuk melihat keterampilan guru dalam menerapkan metode penemuan, observer malakukan observasi langsung di dalam kelas dan mengamati guru bidang studi matematika yang sedang mengajar. Observer mengamati pula peningkatan guru dalam menerapkan metode penemuan di dalam kelas, mulai dari pertemuan pada minggu pertama sampai pertemuan minggu ke-4 (siklus 1 sampai siklus 2). Setelah itu direkapitulasi dengan menggunakan penilaian presentasi.

Pada lembar observasi ada tiga kategori nilai yang baik, cukup dan kurang. Untuk kategori baik bernilai 3, kategori cukup bernilai 2 dan kategori kurang bernilai 1. Dengan perhitungan nilai sebagai berikut :


Untuk akhir dari observasi, observer membuat angket yang berupa angket pengalaman belajar siswa dan rekapitulasi dengan menggunakan penilaian presentasi.

Berdasarkan hasil data yang diperoleh, maka dengan diimplementasikannya metode pembelajaran dengan menggunakan metode penemuan dalam pembelajaran matematika dapat meningkatkan antusias belajar siswa, keterampilan guru dalam menerapkan metode penemuan dalam pembelajaran matematika, dan juga dapat melihat pengalaman belajar siswa.


  1. JADWAL KEGIATAN

Adapun jadwal kegiatan adalah sebagai berikut :


Bulan

Agenda

Juli

Agustus

September


1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

Penyusunan proposal













Permohonan izin ke sekolah













Menyiapkan instrumen penelitian berupa lembar angket dan lembar observasi













Perencanaan













Tindakan (siklus 1)













Observasi 1













Refleksi 1













Tindakan (siklus 2)













Observasi 2













Refleksi 2













Penyusunan laporan penelitian















  1. DAFTAR PUSTAKA

Depdiknas. 2003. Kurikulum Berbasis Kompetensi “Dalam Menunjang Kecakapan Hidup Siswa”. Jakarta : Direktorat Tenaga Kependidikan.

http://id.wikipedia.org/wiki/matematika. Tanggal 17 Mei 2006 pkl. 9.30.

http://pps.upi.edu/org/abstrakthesis/abstrakmat04.html. Tanggal 17 Mei 2006 pkl. 09.10.

Madya, Suwarsih. 1994. Panduan Penelitian Tindakan. Yogyakarta : Lembaga Penelitian IKIP Yogyakarta.

Nur, Muhammad. 2000. Strategi-strategi Belajar. Surabaya : University Press.

N.K, Roestiyah. 2001. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta.

Rohayati, Ade, dkk. 2001. Pembinaan Kompetensi Guru Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.

Sriyomo, dkk. 1992. Teknik Belajar Mengajar dalam CBSA. Jakarta : Rineka Cipta.

Suherman, Erman, dkk. Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.

Sukirman, dkk. 2002. Perencanaan dan Pengelolaan Pembelajaran Matematika. Jakarta : Universitas Terbuka.

Blog Archive