SKRIPSI ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL-MAWARDI DALAM KITAB ADAB AD-DUNYA WA AD-DIN

(Kode PEND-AIS-0027) : SKRIPSI ANALISIS KONSEP PENDIDIKAN ISLAM AL-MAWARDI DALAM KITAB ADAB AD-DUNYA WA AD-DIN

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Berbicara pendidikan, terutama konteks pendidikan yang dialami oleh bangsa Indonesia dewasa ini tidak akan pernah ada habisnya. Pendidikan adalah permasalahan yang tidak pernah putus karena menyangkut persoalan manusia dalam rangka memberi makna dan moral. Ada banyak hal yang hams dibenahi menyangkut persoalan yang datang dari luar dunia pendidikan mulai dari masalah birokrasi pendidikan yang masih tumpang tindih, simpang siur dan tidak terkoordinasi dengan baik sampai dengan masalah internal pendidikan itu sendiri, yakni mengenai konsep pendidikan dan aplikasi praksis menciptakan pendidikan yang tepat dan akurat bagi kondisi bangsa. Akibatnya pendidikan sudah lagi tidak mampu memunculkan manusia-manusia yang berkualitas dari segi intelektual maupun kepribadiannya.
Rendahnya tingkat intelektualitas dan kepribadian pada akhirnya melahirkan banyak output pendidikan yang sudah tidak mampu membedakan mana prilaku yang benar dan mana prilaku yang salah. Hal ini mengindikasikan bahwa sebenarnya dunia pendidikan di Indonesia ini sedang mengalami sakit yang sudah akut. Munculnya banyak sekali tindakan asusila dan kriminalitas yang dilakukan oleh para pelajar seperti banyaknya anak didik yang terlibat tawuran antar pelajar dan konsumsi miras serta obat-obatan terlarang adalah bukti bahwa out put pendidikan yang diharapkan dari dunia pendidikan itu sendiri pada saat ini telah mencapai titik yang sangat menghawatirkan.
Jika dilihat dari kaca mata pendidikan, hal yang demikian itu mungkin terjadi, karena memang selama ini pendidikan kita lebih berkonsentrasi kepada pembangunan ekonomi pragmatis dengan orientasi keuntungan jangka pendek yang lebih kasat mata, imbasnya pada pendidikan ialah terbengkalainya pendidikan nasional kita, pantaslah apa yang dikatakan Ahmad Tafsir bahwa "pendidikan kita dianggap gagal karena tidak mampu menghasilkan manusia berkualitas, beriman, dan berakhlak".
Kondisi semacam ini ternyata belum mampu menyadarkan para pemikir dan praktisi pendidikan akan dampak lebih besar yang akan dialami oleh dunia pendidikan. Hal ini terbukti dengan masih adanya kecenderungan dalam pendidikan kita yang aktifitasnya berorientasi pada materialistik dan keterampilan yang tujuannya hanya untuk memenuhi kebutuhan masyarakat industrial dan menafikan dimensi moral.
Dalam tradisi khazanah keilmuan pendidikan dikenal dua istilah popular, yaitu pendidikan dan pengajaran/pembelajaran. Para pakar menyatakan bahwa pendidikan lebih memfokuskan pada aspek kedirian manusia, sedangkan pengajaran lebih banyak membidik luar manusia. Atau dengan kata lain pendidikan lebih fokus pada human being, sedangkan pengajaran lebih fokus pada sarana dan prasarana, termasuk penciptaan suasana belajar dalam upaya memanusiakan manusia.
Dalam hal ini juga, pendidikan perlu diartikan sebagai upaya sadar mengembangkan seluruh potensi keperibadian individu manusia untuk menjadi khalifah di muka bumi, guna mencapai kehidupan pribadi sebagai Nafsun Thaibun warabbun ghaffur, kehidupan keluarga yang Ahlun thaiyibun warabbun Ghafur, kehidupan masyarakat sebagai Qoryatun Thaibatun wararabbun ghafur serta kehidupan bernegara sebagai Baldatun thaibatun warabbun ghafurr. Gambaran ini akan terjadi jika acuan pendidikan adalah pendidikan al-akhlak al-karimah dengan pembinaan amar ma 'rufnahi munkar.
Selama ini pendidikan kita lebih banyak menggunakan literatur barat yang steril dan terlepas dari nilai-nilai. Pendidikan yang hanya terbatas pada belantara kulit-kulit teori hanya akan melahirkan pendidikan yang bersifat "dogmatis" tidak "kreatif". Sebaliknya pendidikan yang berwawasan nilai, secara metodologis tidak hanya merupakan transformasi dan proses intruksional melainkan sampai pada proses internalisasi dan trans-internalisasi nilai. Pendidikan berwawasan nilai akan meletakan kebenaran ilmiah adalah pada kebenaran yang bersifat hipotetika-verifikatif yang selalu mendorong para ilmuwan untuk meneruskan kebenaran yang telah diajukan oleh para ilmuwan lain.
Realitanya, pendidikan kita lebih fokus pada dimensi kedua yaitu pengajaran, terutama berkaitan dengan administrasi dan kurikulum pengajaran. Dimensi mendasar dari pendidikan berupa dimensi human being mulai sedikit terabaikan. Munculnya pelbagai fenomena dalam pengabaian dimensi dasar human being karena disebabkan beberapa hal : Pertama, pendidikan kita hanya terfokus pada landasan filosofis materialisme dan empirisme barat. Kedua, implikasi dari landasan filosofis makna manusia secara holistik, sehingga hakikat makna manusia kurang tersentuh oleh dunia pendidikan kita.
Keadaan ini sebenarnya jika kita lihat dari prespektif sejarah merupakan dampak dari kebijakan kolonialisme belanda yang menerapkan sistem sekularisme dalam sistem pendidikan di Indonesia. Pada akhirnya sistem tersebut mempengaruhi pola pikir intelektual bangsa Indonesia. Bentuk pengaruh dari kebijakan politik pendidikan belanda tersebut adalah adanya kecenderungan yang dilakukan oleh para pemikir dan praktisi pendidikan untuk berkiblat pada teori-teori dan konsep pendidikan barat yang kering dengan muatan-muatan nilai. Keadaan ini pada akhirnya melahirkan produk pendidikan yang kering dari nilai dan moral.
Disisi lain, sistem dan metode pendidikan yang dibangun oleh bangsa ini memang tidak pernah mengalami kejelasan. Setiap kali terjadi pergantian pemerintahan selalu ada saja perombakan. Meskipun semua itu dilakukan demi perbaikan namun tetap saja hal itu membingungkan, apalagi kalau sistem itu belum matang dan baru dijalankan harus mengalami perombakan lagi.
Memperbincangkan dunia pendidikan pada hakikatnya merupakan perbincangan mengenai diri kita sendiri. artinya, perbincangan tentang manusia sebagai pelaksana pendidikan sekaligus sebagai pihak penerima pendidikan. Persoalan pendidikan adalah persoalan yang berhubungan langsung dengan kehidupan manusia, oleh karena itu persoalan tersebut.akan mengalami perubahan serta perkembangan sesuai dengan perubahan dan perkembangan tersebut.
Sebagai subjek dan penerima pendidikan, perbincangan tentang manusia sampai kapanpun akan tetap aktual dikedepankan, lebih-lebih dalam suasana kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dewasa ini. Manusia merupakan makhluk yang multi dimensial. Bukan saja karena manusia secara teologis adalah subjek yang memiliki potensi untuk mengembangkan pola kehidupannya akan tetapi lebih dari itu sekaligus juga menjadi objek dalam keseluruhan aktivitas dan kreatifitasnya. Manusia secara individu terlahir tanpa memiliki apapun, tetapi ia telah dilengkapi dengan fitrah yang memungkinkannya menguasai berbagai pengetahuan dan peradaban. Dengan potensinya itu manusia belajar dari lingkungan dan masyarakat untuk kemudian membangun sebuah peradaban.
Alexis carrel, seorang ahli bedah dan fisika Amerika mengakui bahwa ilmu pengetahuan tentang manusia belum lagi mencapai kemajuan seperti yang dicapai oleh ilmu-ilmu yang lain, kendatipun sebenarnya manusia telah mencurahkan perhatian dan usahanya untuk mengetahui dirinya. Oleh karena itu dalam upaya memperbincangkan apapun jenis paradigma pendidikan, seyogyanya berangkat dan berorientasi pada kerangka dasar manusia. Harapan selanjutnya pendidikan hams mampu menjadi wadah dan sarana dalam rangka optimalisasi dan aktualisasi potensi manusia.
Dalam realitas pendidikan, sebagai kondisi riil pendidikan, dapat dilihat adanya perubahan sosial yang begitu cepat, proses transformasi budaya yang semakin deras dan dahsyat, juga perkembangan politik universal, kesenjangan ekonomi serta pergeseran nilai yang fundamental, mau tidak mau mengharuskan pendidikan menfokuskan bidikannya kearah ini. Karena pendidikan harus senantiasa toleran dan tunduk pada perubahan normatif dan Kultural yang terjadi. Pengertian ini menghendaki pendidikan berfungsi sebagai lembaga sosial dalam rangka membentuk insan yang berbudaya dan melakukan proses pembudayaan nilai. Dengan demikian, pendidikan dan dan kebudayaan merupakan dua hal yang penting yang terkait satu sama lain dalam rangka meningkatkan kualitas hidup manusia.
Abdul munir Mulkhan mengatakan bahwa pengembangan dan pelestarian kebudayaan dalam suatu proses pendidikan memerlukan rekayasa pendidikan, sementara itu pengembangan pendidikan juga membutuhkan sistem kebudayaan sebagai akar dan pendukung berlangsungnya pendidikan tersebut. Pengembangan kebudayaan memerlukan kebebasan kreatif sementara pendidikan memerlukan stabilitas budaya yang mapan. Selanjutnya dalam kaitan hubungan ketergantungan antara pendidikan dan kebudayaan munir menambahkan bahwa ketergantungan tersebut menunjukkan pengertian bahwa kualitas pendidikan akan menunjukkan kualitas budaya dan sebaliknya untuk selanjutnya kualitas kebudayaan menunjukkan kualitas manusia sebagai pendukungnya.
Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang mayoritas penduduknya adalah pemeluk agama Islam, dalam rangka pelestarian dan pengembangan kebudayaan yang mengedepankan dan menjunjung tinggi nilai moralitas melalui cipta karya manusia, dengan pengoptimalan potensinya, mempunyai andil yang sangat besar untuk mewujudkannya. Umat Islam mempunyai tanggung jawab yang besar akan hal itu.
Namun ditengah pusaran berbagai ideologi, pandangan, teori pendidikan yang berbasis kultur peradaban barat, seperti liberalisme, esensialisme, progresifisme, nativisme, empirisme dan konfergensi wacana pendidikan Islam nampaknya selalu marginal. Ide-ide dan teori pendidikan yang lahir dari konsepsi Islam sangat sulit dijual keruang publik. Orang berfikir bahwa pendidikan Islam lebih berurusan dengan wilayah terbatas dari sebuah aktifitas manusia terkait dengan perbaikan moral.
Selain itu, perkembangan Hmu Pendidikan Islam terkesan lambat dibanding disiplin ilmu-ilmu keislaman lainnya seperti Fiqih, Hmu Kalam, Ilmu Tafsir, Ilmu Hadits dan sebagainya. Keterlambatan ini bukan disebabkan kurangnya bahan untuk menyusun Ilmu Pendidikan Islam, melainkan karena aktifitas penelitian dan kajian dibidang Ilmu Pendidikan Islam memang tampak kurang banyak dilakukan para ahli. Fenomena ini terjadi seiring dengan kemunduran Islam-terutama setelah kejatuhan Bagdad tahun 1258 M, pendidikan dalam dunia Islam pun ikut mengalami kemunduran dan ke-jumudan.
Pendidikan Islam yang selama ini ada lebih tampak sebagai sebuah praktek pendidikan, dan bukan sebagai ilmu yang memiliki struktur bahasan dan metodologi penelitiannya sendiri. Hal ini jauh berbeda dengan Ilmu Pendidikan pada umumnya yang pertumbuhan dan perkembangannya jauh lebih pesat dibandingkan dengan Ilmu Pendidikan Islam. Berbagai aspek yang berkaitan dengan Ilmu Pendidikan pada umumnya, seperti filsafat pendidikan, metodologi pembelajaran, kurikulum, hingga lingkungan pendidikan dan sebagainya sudah demikian dikaji, namun tidak demikian dengan Ilmu Pendidikan Islam. Dari keadaan ini dapat diduga mengapa citra dan mutu pendidikan Islam pada umumnya kurang baik dibanding citra pendidikan pada umumnya.
Keadaan ini ternyata bukan hanya terjadi pada masa sekarang saja, melainkan juga terjadi pada masa lalu. Sejak masa klasik hingga sekarang belum banyak pakar dan ulama' Islam yang mempelajari dan meneliti masalah pendidikan Islam. Dalam rangka mencari solusi untuk mengeluarkan dunia pendidikan dari keterpurukan, khususnya dunia pendidikan di Indonesia, yang membutuhkan sumbangsih besar dari umat Islam, kondisi ini hams segera diatasi dengan cara menumbuhkan dan mengembangkan Ilmu Pendidikan melalui serangkaian penelitian yang intensif.
Berangkat dari hal tersebut, penulis mencoba meneliti konsep pendidikan tokoh-tokoh yang mempunyai perhatian besar terhadap dunia pendidikan. Dalam penelitian ini penulis mengangkat pemikiran seorang ilmuan muslim bernama Al-Mawardi. Harapannya dapat menggugah semangat para intelektual Islam yang berkompeten dalam Pendidikan Islam untuk melakukn pengkajian dan penelitian yang dapat menghasilkan suatu gebrakan pembaharuan dan perumusan konsep pendidikan Islam yang unggul dan terpadu sebagai jawaban dari problematika pendidikan yang ada.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, penulis mengklasifikasikan beberapa rumusan masalah, yaitu:
1. Siapakah Al-Mawardi itu?
2. Bagaiamana konsep Al-Mawardi tentang pendidikan Islam?
3. Paradigma pendidikan apakah yang ditawarkan oleh Al-Mawardi?
4. Bagaimanakah karakteristik pemikiran pendidikan Al-Mawardi?

C. Tujuan Penelitian
Dengan empat rumusan masalah di atas, tentu saja penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jawaban-jawaban atas rumusan masalah tadi, diantaranya:
1. Untuk mengungkap sosok Al-Mawardi sebagai seorang pemikir pendidikan
Islam yang hidup pada masa kejayaan peradaban dunia Islam
2. Untuk memperoleh gambaran tentang konsep pendidikan yang ditawarkan
ol eh Al -Mawardi.
3. Untuk memperoleh data yang konkrit tentang karakteristik dari pemikiran
pendidikan Al-Mawardi.

D. Kegunaan Penelitian
Penelitian ini bukan sekedar untuk mengugurkan kewajiban dalam menempuh study, tetapi lebih dari itu penelitian ini nantinya juga sangat bermanfaat bagi:
1. Bagi peneliti sendiri dapat menambah wawasan dan pengalaman baru dalam
kehidupan riil, sekaligus sebagai bentuk kecil aplikasi dari ilmu-ilmu teoritis
yang diperoleh dari bangku kuliah.
2. Bagi praktisi pendididikan, penelitian ini dapat dijadikan tambahan referensi
guna membangun pendidikan menuju yang lebih bait.
3. Bagi masyarakat umum, penelitian ini dapat pula dijadikan bahan untuk
mengkaji lebih mendalam mengenai perkembangan dunia, khususnya apa
yang peneliti lakukan.

E. Definisi Operasional
Sebagai upaya antisipasi agar nantinya judul atau tema yang penulis angkat tidak menimbulkan persepsi dan interpretasi yang keliru maka perlu penjelasan lebih detail. Dan dalam skripsi yang sedang dijalani oleh penulis ini, judul atau tema yang diangkat adalah "Analisis Konsep Pendidikan Islam Al-Mawardi dalam Kitab Adab Ad-Dunya wa Ad-Din". Kemudian lebih jelasnya, judul tersebut dijelaskan sebagai berikut:
Analisis : Dalam kamus besar bahasa Indonesia kata Analis mempunyai pengertian sebuah analisa atau penyelidikan tentang sesuatu dengan menguraikan bagian-bagiannnya.
Konsep : Sebuah aturan rancangan atau buram. Kata konsep jika dijadikan kata konsepsi menjadi kata turunan mempunyai pengertian pendapat (paham) rancangan cita-cita yang telah ada dalam pikiran. konsep Yang dimaksud dalam penelitian ini adalah sebuah pendapat (pemikiran) yang mempunyai landasan filosofis.
Pendidikan Islam : Segala usaha yang dilakukan untuk mendidik manusia dengan mengoptimalkan potensi yang dimilikinya berlandaskan nilai-nilai luhur ajaran Islam sehingga dapat tumbuh dan berkembang serta memiliki potensi atau kemampuan sebagaimana mestinya.
Kitab Adab Ad-dunya Wa Ad-din : Sebuah kitab karya Imam Al-Mawardi yang mengupas tentang pemikiran pendidikan beliau berkaitan dengan pembentukan kepribadian dalam rangka membentuk manusia-manusia berkualitas.

H. Sistematika Pembahasan
Penyampaian hasil penelitian dalam bentuk tulisan yang sistematis akan mempermudah para pembaca dalam memahaminya, sehingga dari sini sangat dibutuhkan sistematika pembahasan yang terstruktur dan rinci. Kemudian sistematika pembahasan dalam skripsi yang tentunya juga sebagai laporan hasil penelitian ini, adalah sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan, yang terdiri dari beberapa sub bab, diantaranya; latar belakang yang melatar belakangi penelitian ini serta menjadi pijakan
dalam menentukan rumusan masalah, rumusan masalah sebagai landasan dalam mengarahkan proses penelitian, tujuan penelitian sebagai patokan yang hams dicapai dalam penelitian, kegunaan penelitian yang merupakan arti penting dari tujuan penelitian yang sudah dirumuskan, penegasan judul sebagai penjelas dari variabel penelitian agar tidak terjadi bias dalam mengambil kesimpulan dalam penelitian, metodologi penelitian sebagai acuan untuk memperoleh data dalam penelitian dan sistematika pembahasan sebagai gambaran format pelaporan penelitian.
BAB II : Menguraikan tentang biografi Al-Mawardi mencakup sejarah kehidupan beliau, situasi social politik pada masa hidup beliau, sketsa histories pendidikan dan kepribadian beliau, kiprah beliau dalam dunia Islam dan karya-karya beliau dan pengakuan integritas beliau dari dunia Islam.
BAB III : Paparan hasil penelitian mencakup gambaran tentang konsep pendidikan Al-Mawardi, paradigma dan model pendidikan yang ditawarkan beliau.
BAB IV : Analisis pemikiran pendidikan Al-Mawardi dan mendiskripsikan karakteristik pemikiran beliau.
BAB V : Penutup yang berisikan tentang kesimpulan dan saran-saran penulis sekaligus peneliti.

Blog Archive