BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia dewasa ini belum menampakkan hasil yang memuaskan. Hal ini terbukti dari seringnya terungkap dalam berbagai media cetak tentang rendahnya mutu pengajaran bahasa Indonesia.
Kegagalan dan keberhasilan pengajaran di sekolah-sekolah tentunya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satu faktomya adalah faktor tujuan. Tujuan pembelajaran bahasa Indonesia harus diarahkan pada aspek-aspek keterampilan berbahasa. Aspek-aspek keterampilan berbahasa tersebut meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca dan keterampilan menulis.
Berbicara mengenai aspek-aspek keterampilan berbahasa, maka pembicaraan tersebut tidak lepas dari tujuan pengajaran bahasa secara umum. Oleh karena itu, tujuan pengajaran bahasa Indonesia tidak semata-mata mengajarkan siswa agar menguasai ilmu bahasa, akan tetapi harus diajarkan bagaimana seorang siswa terampil berbahasa. Dengan demikian, berbahasa berarti belajar kemampuan siswa dalam berkomunikasi dengan bahasa Indonesia lisan maupun tulisan (Tarigan, 1995:32).
Berdasarkan hasil pengarnatan penulis, ada beberapa hal yang diamanatkan dalam kuriikulum, yakni perbandingan bobot pembelajaran bahasa dan sastra sebaiknya seimbang dan dapat disajikan secara terpadu, misalnya wacana sastra dapat sekaligus dipakai sebagai bahan pembelajaran bahasa (Depdikbud, 1994:3). Hal itu membuktikan bahwa pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia bukanlah suatu pembelajaran yang harus diajarkan terpisah-pisah, tetapi suatu pembelajaran yang terpadu.
Seorang guru bahasa Indonesia mempunyai tanggung jawab ganda, yaitu membina kemampuan menyampaikan dan menerima pesan baik lisan maupun tulisan. Sementara itu, bentuk aktivitas lain yang terlihat dalam proses belajar, akhimya akan terkait dengan mengembangkan kemampuan menulis. Hal itu sesuai dengan pendapat Rahmanto (1988:111) yang menyatakan, bahwa dalam proses belajar bahasa dan sastra, akhimya terkait juga dengan mengembangkan kemampuan menulis ekspresif dan kreatif
Tulisan yang baik menuntut suatu penyajian pokok persoalan yang jelas, pengungkapan ide-ide secara teratur, dan pola pembentukan kata sebagai dasar menyusun kalimat yang baik. Tulisan tersebut akan baik jika pemahaman terhadap morfofonemiknya baik. Dengan demikian, untuk latihan menulis, hendaknya memahaini pola pembentukan kata terlebih dahulu melalul morfofonemik.
Morfofonemik merupakan proses berubahnya fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya. Perubahan fonem itu sesuai dengan fonem bentuk dasar yang dilekatinya dan perubahan morfofonemik memegang peranan penting dalam proses pembentukan kalimat yang baik, terutama dalam pembentukan kata tulis.
Telaah morfofonemik dalam sebuah wacana dimaksudkan untuk mengetahul apakah proses pembentukan kata yang dibuat para siswa sudah sesuai dengan ketentuan atau belum. Oleh karena itu, telaah ini memiliki peranan penting dalam rangka meningkatkan keterampilan berbahasa, sehingga dengan kemampuan dan pengalaman yang kita miliki, kita dapat menganalisis pola bentukan kata yang dibuat para siswa dan dapat memberikan kontribusi dalam pembelajaran struktur.
Hal yang perlu dipertegas dalam telaah morfofonemik pada karangan siswa, yakni untuk menemukan pola bentukan kata, kontruksi kalimat, dan struktur bahasanya. Dengan demikian, penelitian ini cukup representatif jika dianalisis mengingat penelitian ini mengutamakan kecermatan siswa dalam menentukan kata dan pola pembentukan kata yang dipakai. Sekaitan dengan itu penulis mengajukan judul: Pembelajaran Morfofonemik dengan Menggunakan Teknik Inkuiri pada Siswa Kelas 2 SMU Bayah Tahun Pelajaran 2005/2006.
1.2 Perumusan dan Pembatasan Masalah
1.2.1 Perumusan Masalah
Untuk mencapai tujuan penelitian yang tepat dan terarah, maka penulis membuat rumusan penelitian ini sebagai berikut:
Mampukah penulis mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah?
Berhasilkah siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah belajar morfofonemik melalui teknik inkuiri ?
Tepatkah teknik inkuiri digunakan dalam mengajarkan morf'ofonemik pada karangan siswa kelas 2 SMU 1 Bayah?
1.2.2 Pembatasan Masalah
Berdasarkan uraian masalah di atas, ruang lingkup permasalahan penelitian dibatasi pada hal-hal berikut:
Pembelajaran morfofonemik didasarkan pada hasil penernuan pola pernbentukan kata melalui teks yang telah disediakan sebelumnya.
Morfofonemik yang diteliti terbatas pada prefiks.
Metode yang dipakai adalah metode penugasan dengan teknik inkuiri.
1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian
13.1 Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian berkaitan dengan rumusan masalah, yakni mengungkapkan secara jelas permasalahan yang diteliti. Secara lengkap penelitian ini bertujuan untuk:
mengetahui kemampuan penulis mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan tekiilk inkuiri pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1Bayah
mengetahui keberhasilan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah dalam Belajar morfofonemik melalui teknik inkuin;
ingin mengetahui ketepatan teknik inkuiri digunakan dalam mengajarkan morfofonemik pada karangan siswa kelas 2 SMU1 Bayah.
1.3.2 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengajaran bahasa Indonesia umumnya, khususnya dapat meningkatkan pengajaran Sastra Indonesia.
Secara khusus manfaat yang ingin didapatkan dari penelitian ini sebagai berikut:
Bagi peneliti, hasil penelitian ini memberikan pengalaman yang berharga tentang pembelajaran morfofonemik dalam karangan dengan menggunakan teknik inkuiri.
Bagi guru, hasil penelitian ini dijadikan salah satu alternatif bahan pembelajaran pembentukan kata morfofonemik yang diterapkan dalam karangan.
1.4 Anggapan Dasar dan Hipotesis
1.4.1 Anggapan Dasar
Pada hakikatnya, anggapan dasar atau postulat merupakan sebuah titik tolak pemikiran yang tingkat akseptabilitasnya tidak diragukan oleh peneliti (Anikunto 1992:55). Pada penelitian ini tercakup beberapa anggapan dasar yang digunakan sebagai berikut:
Penulis telah menyelesaikan mata kuliah MKDK dan mata kuliah keahlian selama delapan semester, sehingga diduga mampu melaksanakan pernbelajaran.
Pembelajaran morfofonemik merupakan materi yang tercantum dalarn GBPP bahasa Indonesia SMU berdasarkan Kurikulum 1994.
Teknik inkuiri dapat meningkatkan kegiatan belajar siswa, sehingga siswa aktif, tekun, giat dan mandiri dalam belajar.
1.4.2 Hipotesis
Hipotesis adalah jawaban sementara terhadap permasalahan penelitian. Yang menjadi hipotesis dalam penelitian ini sebagai berikut:
Penulis mampu mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah.
Siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah berhasil dengan baik belajar morfofonemik melalui teknik inkuiri.
Teknik inkuiri dapat digunakan dalam mengajarkan morfofonemik pada karangan siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah.
1.5 Metode dan Teknik Penelitian
1.5.1 Metode Penelitian
Metode yang terbaik untuk meneliti suatu hal ialah metode yang dapat memberikan hasil yang sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Metode yang penulis pergunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitik.
Metode deskriptif analitik adalah metode yang digunakan untuk mengumpulkan data analitik dan menganalisa data hasil pembelajaran morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri yang memusatkan pemecahan masalah yang ada pada masa sekarang. Data yang terkumpul disusun, kemudian dijelaskan dan disimpulkan (Surakhmad, 1982:140).
1.5.2 Teknik Penelitian
Untuk memperoleh data, penulis menggunakan beberapa teknik penelitian sebagai berikut:
Studi Kepustakaan
Teknik ini penulis gunakan untuk melengkapi pengetahuan dengan membaca dan menelaah buku-buku yang berkaitan dengan masalah-masalah yang diteliti.
Observassi
Teknik observasi penulis gunakan dengan cara mengadakan pengamalan tentang keadaan sekolah yang akan digunakan sebagai tempat penelitian.
Teknik Uji Coba
Uji coba merupakan kegiatan penulis dalam mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada karangan siswa.
Teknik Tes
Teknik ini digunakan untuk mengetahui keberhasilan siswa dalam kegiatan belajar mengejar pembelajaran morfofonemik.
Teknik Analisis
Teknik ini digunakan untuk melakukan analisis data yang diperoleh dari hasil penelitian.
1.6 Populasi dan Sampel
1.6.1 Populasi
Populasi adalah sejumlah individu atau subyek yang terdapat di dalam kelompok tertentu yang dapat dijadikan sebagai sumber data. Adapun sebagian yang diambil dari populasi adalah sampel (Surakhmad, 1980: 93.).
Populasi yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah kernampuan penulis dalam mengajarkan struktur kata dengan menggunakan teknik inkuiri pada siswa Kelas 2 SMU 1 Bayah.
Adapun yang dijadikan penelitian, yaitu populasi siswa kelas 2 berikut ini
No | Kelas | Jumlah siswa | Keterangan |
1. 2. 3. 4. 5. |
|
|
|
Jumlah |
|
|
1.6.2 Sampel
Bertitik tolak dari populasi di atas, penulis menetapkan sampel untuk penelitian ini adalah kemampuan penulis dalam mengajarkan morfofonemik dengan menggunakan teknik inkuiri pada siswa Kelas II.1 SMU 1 Bayah yang berumlah 40 orang.
Sampel siswa ditentukan dengan teknik random undi bagi kelas II.1 sampai 11.5. Penulis memilih satu kelas yang akan dijadikan sampel penelitian.
1.7 Definisi Operasional
Secara operasional, istilah-istilah yang terdapat dalam judul penelitian ini dapat didefinisikan sebagai berikut:
Uji coba adalah pengujian sesuatu sebelum dipakai atau dilaksanakan untuk mengetahui kwalitas sesuatu.
Pembelajaran morfofonenik adalah suatu kegiatan belajar mengajar dalam rangka interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan berupa proses berubahnya fonem menjadi fonern lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya proses berubahnya fonem menjadi fonem lain sesuai dengan fonem awal atau fonem yang mendahuluinya.
Teknik inkuiri adalah cara belajar yang lebih menekankan kegiatan yang berpusat kepada siswa sebagai subjek belajar untuk menemukan sendiri konsep-konsep yang dipelajari.
Berdasarkan definisi istilah di atas, maka judul penelitian ini mengandung pengertian suatu pengujian sesuatu sebelum dipakai atau dilaksanakan untuk mengetahui kwalitas belajar mengajar dalarn rangka interaksi antara guru dan siswa untuk mencapai tujuan berupa proses berubahnya fonern menjadi fonern lain sesuai dengan fonern awal atau fonern yang mendahuluinya proses berubahnya fonern menjadi fonem lain sesuai dengan fonern awal atau fonern yang mendahuluinya melalui cara belajar yang lebih menekankan kegiatan yang berpusat kepada siswa sebagai subjek belajar.