TESIS PTK UPAYA PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR MEMBUAT DOKUMEN PENGOLAH ANGKA DENGAN VARIASI TEKS, TABEL, GRAFIK, GAMBAR DAN DIAGRAM MELALUI MODEL PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO

(KODE PTK-0014X) : TESIS PTK UPAYA PENCAPAIAN KOMPETENSI DASAR MEMBUAT DOKUMEN PENGOLAH ANGKA DENGAN VARIASI TEKS, TABEL, GRAFIK, GAMBAR DAN DIAGRAM MELALUI MODEL PENILAIAN BERBASIS PORTOFOLIO (MATA PELAJARAN : TEKNOLOGI INFORMASI DAN KOMUNIKASI)




BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Pengimplementasian Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) menurut Widyaiswara (2006:2) diharapkan mampu membekali para siswa dengan kompetensi multidimensial mental, intelektual, emosional, spriritual (multi intellegence) secara berkualitas. Di samping itu dengan pembekalan kompetensi berfikir kritis, kreatif, inovatif, serta memecahkan masalah akan menjadi fondasi yang kuat dalam melakukan discovery / inkuiri sebagai awal penguasaan cara belajar, belajar bagaimana berfikir dan belajar sepanjang hayat Dasim Budimansyah (2002:106) pada akhir suatu program pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan pada umumnya diadakan penilaian. Tujuannya tiada lain untuk mengetahui apakah suatu program pendidikan, pengajaran, ataupun pelatihan tersebut telah dikuasai oleh pesertanya atau belum. Angka atau nilai tertentu bisanya dijadikan patokan (passing grade) untuk menentukan penguasaan program tersebut. Jika dianggap telah menguasai maka ia dinyatakan lulus, sebaliknya jika dianggap belum menguasai maka ia dinyatakan tidak lulus. Lebih lanjut Dasim Budimansyah (2002:106) mengatakan penilaian itu pada hakekatnya tidak dilakukan sesaat, tetapi harus dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Penilaian bukan hanya menaksir sesuatu secara parsial, melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses, hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dicapai warga belajar.
Dengan demikian untuk menetapkan seorang siswa tidak lulus ujian itu bukan hanya dari hasil sesaat, misalnya hanya diambil dari nilai ujian akhir. Sebab bisa saja terjadi seseorang yang pada saat ujian akhir sedang terganggu kesehatannya, sehingga ia tidak bisa berkonsentrasi dalam menjawab soal-soal ujian, dinyatakan gagal padahal dalam kesehariannya ia termasuk siswa yang pandai. Atau dapat juga terjadi sebaliknya, karena mendapat kesempatan menyontek, seseorang dapat lulus ujian akhir, padahal dalam kesehariannya ia termasuk siswa yang amat malas.
Istilah penilaian atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah evaluation atau assessment, bukan merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak pada lapangan pendidikan dan pengajaran. Samsi Haryanto (2003:4) dalam pelaksanaan program jenis apapun, kegiatan evaluasi merupakan satu kegiatan yang penting atau bahkan pokok, setidaknya sama penting atau sama pokoknya dengan kegiatan lainnya. Oleh sebab itu, tidak boleh diabaikan, apalagi ditinggalkan. Namun sayang, tidak semua orang (pelaksana program) menyadari hal itu. Akibatnya kegiatan evaluasi terabaikan atau tersepelekan.
Menurut Asmawi Zaenul dkk (2001:8) penilaian adalah suatu proses untuk mengambil keputusan dengan menggunakan informasi yang diperoleh melalui pengukuran hasil belajar baik menggunakan instrumen tes maupun non-tes. Jadi maksud dari penilaian adalah memberi nilai tentang kualitas sesuatu. Tidak hanya sekedar mencari jawaban terhadap pertanyaan tentang apa, tetapi lebih diarahkan kepada menjawab pertanyaan bagaimana atau seberapa jauh sesuatu proses atau suatu hasil yang diperoleh seseorang atau suatu program. Senada dengan Barbara B. Seels & Rita C. Richey penilaian adalah proses penentuan memadai tidaknya pembelajaran dan belajar.
Sampai saat ini pelaksanaan penilaian, khususnya mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi masih menggunakan penilaian konvensional, artinya penilaian dilakukan hanya untuk mengukur kemampuan kognitif melalui ulangan harian (tes formatif), ulangan akhir periode (tes sumatif) dan latihan dengan memanfaatkan media LKS. Dengan system penilaian seperti itu pelaksanaan penilaian terhadap siswa dilakukan sesaat dan parsial.
Dipandang dari sudut disiplin ilmu dan metode, mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi menempati posisi yang strategis. Dalam mempelajari Teknologi Informasi dan Komunikasi pada tahun XXXX/XXXX ini siswa kelas XI.IPS.1 semester genap (2) SMA Negeri X Kabupaten X diharapkan menguasai salah satu kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram.
Berdasarkan hasil tes kemampuan awal mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas XI semester genap standar kompetensi menggunakan perangkat lunak pengolah angka untuk menghasilkan informasi, kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram diperoleh data sebanyak 21 siswa dari jumlah keseluruhan 45 siswa kelas XI.IPS.1 (atau 47 %) Semester Genap Tahun Pelajaran XXXX/XXXX di SMA Negeri X Kabupaten X belum memiliki kompetensi dasar tersebut.
Setelah timbul masalah seperti itu, peneliti berkolaborasi dengan teman sejawat sesama guru mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi, yaitu berbincang-bincang untuk mengetahui sebab-sebab apa yang menimbulkan masalah tersebut. Dari hasil perbincangan yang didukung dengan pengamatan dan wawancara dengan siswa kelas XI.IPS.1 SMA Negeri X Kabupaten X diperoleh keputusan bersama ialah:
a. Ketersediaan jam mata pelajaran Teknologi Informasi Komunikasi hanya 2 jam X 45 menit seminggu dirasa masih kurang, mengingat mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi lebih menekankan aspek ketrampilan.
b. Sarana pendukung berupa komputer/laptob tidak dimiliki siswa di rumah, sehingga para siswa hanya tergantung alat yang ada di laboratorium komputer di SMA X kabupaten X sesuai jam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi.
c. Perilaku belajar siswa yang kurang baik, karena sering tidak memanfaatkan waktu yang tersedia untuk belajar dan berlatih, baik saat berada di laboratorium komputer maupun di rumah.
d. Pengamatan yang dilakukan peneliti dan kolaborator, diperoleh informasi bahwa siswa kelas XI.IPS.1 paling banyak tidak masuk sekolah tanpa keterangan, siswa terlambat datang/masuk sekolah cukup banyak, siswa sering rame sendiri pada saat jam pelajaran.
e. Para siswa sering tidak menyelesaikan tugas-tugas terstruktur tepat pada waktu yang ditentukan.
f. Keterlibatan siswa dalam kegiatan di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar sangat kurang.
g. Penilaian yang dilakukan oleh guru hanya menggunakan tes obyektif yang hanya untuk mengukur kemampuan kognitif melalui ulangan harian (tes formatif), ulangan akhir periode (tes sumatif) dan latihan dengan memanfaatkan media LKS. Dengan system penilaian seperti itu pelaksanaan penilaian terhadap siswa dilakukan sesaat dan parsial.
Hasil perbincangan dengan teman sejawat dapat disimpulkan bahwa kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh siswa itu dalam kemampuan aspek ketrampilan, maka tidak tepat bila hasil belajar siswa hanya menggunakan tes obyektif. Keadaan yang demikian ini bila dibiarkan dapat terjadi siswa yang kesehariannya pandai tetapi karena pada saat mengikuti tes sedang terganggu kesehatannya, ia tidak bisa berkonsentrasi dalam menjawab soal-soal ujian dinyatakan gagal, sebaliknya siswa yang kesehariannya termasuk siswa yang amat malas tetapi mendapat kesempatan menyontek malah bisa dnyatakan lulus atau kompeten.
Oleh karena itu dengan menyadari adanya berbagai kelemahan pelaksanaan penilaian yang dilakukan sesaat dan parsial tersebut, peneliti dan teman sejawat sepakat perlu dikembangkan sistem penilaian yang lebih komprehensif yang mempertimbangkan segala aspek dari peserta didik dan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Misalnya untuk menentukan nilai rapor siswa, seorang guru menyimpulkannya dari rata-rata ulangan harian, ulangan umum, tugas-tugas terstruktur, catatan perilaku harian siswa (annecdotal record), dan laporan kegiatan siswa di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.
Berdasar hasil tes kemampuan awal yang dilakukan oleh peneliti diperoleh data 47 % siswa tidak mencapai KKM dan hasil perbincangan dengan teman sejawat diperoleh faktor-faktor penyebabnya, akhirnya peneliti dan teman sejawat memperoleh jalan keluar dengan cara menggunakan model penilian berbasis portofolio.
Masalah tersebut diatas merupakan masalah yang mendesak untuk segera diatasi. Model penilaian berbasis portofolio diprediksi dapat digunakan untuk melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa secara komprehensif terhadap segala aspek peserta didik yang dilakukan secara berkala dan berkesinambungan. Menurut Eric Digest (2000), "Portofolios are used in various professions together typical...; art students assamble a portfolio for an art class..". Portofolio merupakan kumpulan hasil karya siswa sebagai hasil belajarnya. Portofolio, selain sangat bermanfaat dalam memberikan informasi mengenai kemampuan dan pemahaman siswa serta memberikan gambaran mengenai sikap dan minat siswa terhadap pelajaran yang diberikan, juga dapat menunjukkan pencapaian atau peningkatan yang diperoleh siswa dari proses pembelajaran (Stiggins, 1994: 20).
Penerapan model penilaian berbasis portofolio juga diprediksi lebih efektif diterapkan pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi. Materi Teknologi Informasi dan Komunikasi dikembangkan sebagai suatu pengetahuan ilmiah yang dinamis dengan pengembangan teori dan praktek yang didasarkan pada perkembangan ilmu dan teknologi yang setiap waktu selalu berkembang. Teknologi Informasi dan Komunikasi pada dasarnya adalah pengetahuan tentang perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan faktor manusia (brainware) sebagai komponen-komponen utama pada proses kerja komputer.
Dari uraian tersebut diatas ditegaskan bahwa prestasi belajar berkaitan dengan kualitas proses pembelajaran dan penilaian yang diselenggarakan. Berdasarkan analisis ini maka peneliti dan teman sejawat terdorong untuk menemukan cara mengatasi adanya berbagai kelemahan pelaksanaan penilaian dengan terapi penelitian tindakan kelas (Classroom Action Research) tentang upaya pencapaian kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram melalui model penilaian berbasis portofolio.
Pelaksanaan penelitian tindakan kelas diawali dengan perencanaan tindakan (planning), penerapan tindakan (action), mengobservasi dan mengevaluasi proses dan hasil tindakan (observation and evaluation), dan melakukan refleksi (reflecting), dan seterusnya sampai perbaikan atau peningkatan yang diharapkan tercapai (kriteria keberhasilan).
Menurut Dasim Budimansyah (2002:106) Indikator model penilaian berbasis portofolio bersumber dari catatan dan dokumentasi pengalaman belajar siswa yang meliputi: 1) Hasil ulangan harian; 2) Tugas-tugas terstruktur; 3) Catatan perilaku harian; 4) Laporan kegiatan siswa.
Siswa dikatakan berhasil mencapai kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram pada mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi kelas XI semester genap tahun pelajaran XXXX/XXXX di SMA Negeri X Kabupaten X apabila rata-rata hasil ulangan harian mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65 (enam puluh lima), tugas-tugas terstruktur dikerjakan sesuai target waktu yang ditentukan, perilaku harian siswa sangat mendukung tercapainya kompetetensi dasar dan aktif mengikuti kegiatan di luar sekolah yang menunjang kegiatan belajar.
Dengan penelitian tindakan kelas guru akan memperoleh manfaat praktis, yaitu ia dapat mengetahui secara jelas masalah-masalah yang ada di kelasnya, dan bagaimana cara mengatasi masalah itu (Modul Pelatihan Terintegrasi, PTK 2004:6). Senada dengan itu menurut Supardi (XXXX:102) dengan melakukan Penelitian Tindakan Kelas (PTK) pendidik dapat memperbaiki praktek-praktek pembelajaran dan penilaian sehingga lebih efektif.

B. Identifikasi Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang yang telah diuraikan dimuka, maka dapat diidentifikasi beberapa masalah sebagai berikut:
1. Meskipun pelaksanaan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan sudah berlangsung mulai tahun 2006 namun ternyata masih banyak pendidik dan masyarakat yang kurang memahami tentang KTSP maupun implementasinya di sekolah, khususnya dalam pengembangan model pembelajaran dan penilaian yang efektif dalam suatu satuan pendidikan.
2. Penilaian bukan hanya menaksir sesuatu secara parsial, melainkan harus menaksir sesuatu secara menyeluruh yang meliputi proses, hasil pertumbuhan dan perkembangan wawasan pengetahuan, sikap dan ketrampilan yang dicapai warga belajar.
3. Dalam mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi siswa kelas XI.IPS.1 SMA Negeri X Kabupaten X semester genap (2) tahun pelajaran XXXX/XXXX dituntut menguasai salah satu kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram melalui sistem penilaian yang lebih komprehensif yang mempertimbangkan segala aspek dari siswa dan dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
4. Hasil tes kemampuan awal diperoleh data 21 siswa dari jumlah 45 siswa (47 %) kelas XI.IPS.1 SMA Negeri X Kabupaten X belum mencapai Kompetensi Dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram.

C. Perumusan Masalah
Bertitik tolak dari latar belakang masalah dan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, masalah penelitian ini dirumuskan sebagai berikut: " Apakah dengan menggunakan model penilaian berbasis portofolio akan dapat meningkatkan pencapaian kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram siswa kelas XI.IPS.1 semester genap di SMA Negeri X Kabupaten X tahun pelajaran XXXX/XXXX mencapai hasil belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai Kritetia Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65 (enam puluh lima) secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan?"

D. Tujuan Penelitian
Berdasarkan perumusan masalah di atas, dapat disampaikan tujuan penelitian, yaitu: "Untuk meningkatkan pencapaian kompetensi dasar membuat dokumen pengolah angka dengan variasi teks, tabel, grafik, gambar dan diagram siswa kelas XI.IPS.1 semester genap di SMA Negeri X Kabupaten X tahun pelajaran XXXX/XXXX mencapai hasil belajar maksimal atau tingkat pencapaian kompetensi penuh mencapai nilai Kritetia Ketuntasan Minimal (KKM) sebesar 65 (enam puluh lima) secara klasikal 100% dari jumlah siswa keseluruhan melalui model penilaian berbasis portofolio"

E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat secara teoritis Hasil penelitian secara teoritis diharapkan dapat bermanfaat untuk:
a. Melengkapi teori-toeri penilaian yang menunjang mata pelajaran Teknologi Informasi dan komunikasi.
b. Dipakai guru sebagai landasan konseptual pemahaman materi tentang penilaian.
c. Dipakai guru sebagai landasan dalam pelaksanaan penilaian yang komprehensif secara berkala dan berkesinambungan.
2. Manfaat secara praktis
a. Siswa
Dapat memberikan penilaian kepada siswa yang komprehensif secara berkala dan berkesinambungan.
b. Guru
Dapat memberikan manfaat bagi guru Teknologi Informasi dan Komunikasi di SMA untuk memperluas pengetahuan dan pemahamannya terhadap penilaian yang komprehensif secara berkala dan berkesinambungan.
c. Peneliti
Dapat memberikan temuan yang akurat tentang model penilaian mata pelajaran Teknologi Informasi dan Komunikasi di kelas XI.IPS.1 Semester Genap di SMA Negeri X Kabupaten X dan dapat menerapkan model penilaian berbasis portofolio.
d. Lembaga Pembinaan Pendidikan Menengah.
Dapat memberikan umpan balik dan ditindaklanjuti oleh lembaga-lembaga terkait dalam pembinaan dan pengembangan pendidikan menengah.

Blog Archive