BAB I
PENDAHULUAN
Manusia tercipta di dunia ditakdirkan sebagai makhluk monodualisme, yaitu di satu sisi manusia adalah makhluk individu dan di sisi lain manusia adalah makhluk sosial. Dalam keberadaannya sebagai makhluk yang tercipta dalam bentuk ciptaan yang paling sempurna di antara semua makhluk Tuhan, sebagaimana firman-Nya:
Artinya: "Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya."
Manusia secara kodrati mempunyai potensi-potensi yang hanya bisa berkembang bila ada rangsangan-rangsangan dari lingkungan sosialnya. Dari hubungan timbal balik (reciprocal interaction) dengan lingkungan sosialnya, manusia memperoleh stimulus-stimulus sosial, seperti: sikap-sikap, kebiasaan-kebiasaan, nilai, norma dan aturan.
Dalam kaitannya berinteraksi dengan orang lain, ketrampilan sosial merupakan satu ketrampilan yang mutlak diperlukan seseorang dalam kehidupannya di dunia. Dengan ketrampilan sosial, seseorang bisa berhubungan dengan orang lain untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehingga bisa survive. Bahkan dalam pendapat kontemporer tentang arti kecerdasan, kecerdasan emosilah yang memegang peranan penting, yang di dalamnya memuat kecerdasan sosial.
Kecerdasan sosial tidak muncul begitu saja, namun melalui tahapan-tahapan perkembangan dan pembelajaran. Perkembangan seseorang merupakan rangkaian perubahan yang bersifat maju, berkelanjutan, teratur, mulai dari yang global sebelum menuju kepada yang paling sederhana kemudian terarah ke yang majemuk. Begitu pula dengan perkembangan sosial. Kemampuan bersosialisasi seseorang bukanlah satu keajaiban yang turun dari langit, namun lebih merupakan hasil belajar, bukan sekedar hasil dari kematangan saja. Perkembangan sosial diperoleh dari kematangan dan kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap orang tersebut.
Sebagaimana telah disebutkan di atas, kemampuan bersosialisasi diperoleh di samping merupakan hasil kematangan seseorang, juga melalui aspek pembelajaran, yang hal itu dimulai sejak masa kanak-kanak, khususnya usia-usia prasekolah. Mengapa ditekankan pada usia-usia prasekolah? Karena pada periode pertama dalam kehidupan seorang anak (usia 6 tahun pertama) merupakan periode yang amat kritis. Periode ini mempunyai pengaruh yang sangat mendalam dalam pembentukan pribadi seseorang. Hal-hal yang terekam dalam benak anak pada periode ini, akan tampak pengaruhnya pada kepribadiannya ketika mencapai usia dewasa.
Jika kita korelasikan dengan pendidikan Islam, para pakar pendidikan Islam, seperti Al-Ghozali, Ibnu Khaldun dan Ibnu Maskawaih, mengungkapkan bahwa periode awal kehidupan seorang anak adalah saat yang tepat untuk pembinaan aspek kognitif dan afektif, yang termasuk di sana perkembangan sosial, yang di dalamnya sarat dengan bagaimana seorang anak seharusnya bertingkah laku dalam lingkungan sosialnya.
Perkembangan sosial anak sangat dipengaruhi oleh proses perlakuan atau bimbingan orang tua terhadap anak dalam mengenalkan berbagai aspek kehidupan sosial, atau norma-norma kehidupan bermasyarakat dan bagaimana menerapkan norma-norma tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Proses ini lazim disebut dengan sosialisasi. Perkembangan sosialisasi seorang anak akan lebih optimal manakala
anak memasuki tatanan belajar yang lebih formal, yang berupa tatanan sosial yang sehat dan sasaran yang memberikan kesempatan pada anak umtuk mengembangkan konsep diri yang positif, ketrampilan sosial dan kesiapan untuk belajar secara formal. Dengan demikian anak tidak hanya belajar bersosialisasi antar-personal, namun juga dengan tatanan aturan yang ada, sebagai bekal untuk bersosialisasi dengan tata aturan masyarakat yang lebih luas.
Melihat fakta-fakta tersebut, dewasa ini banyak bermunculan lembaga-lembaga pendidikan prasekolah, baik yang bersifat formal maupun informal, dengan berbagai macam program unggulan yang ditawarkan. Hal ini merupakan satu hal yang menggembirakan, karena salah satu di antara sejumlah keuntungan pendidikan prasekolah adalah bahwa pusat pendidikan prasekolah tersebut memberikan pengalaman sosial di bawah bimbingan para guru yang terlatih yang membantu mengembangkan hubungan yang menyenangkan antar-personal. Hal ini akan sangat membantu perkembangan sosialisasi anak dalam mempelajari perilaku mana yang diterima dan ditolak secara sosial, sehingga anak lebih siap berinteraksi dengan lingkungan sosial yang lebih besar dari lingkungan keluarganya di rumah.
Bahkan berbagai studi menunjukkan bahwa anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mengikutinya. Alasannya adalah mereka telah dipersiapkan secara lebih baik untuk melakukan partisipasi yang aktif dalam kelompok dibandingkan anak-anak yang aktivitas sosialnya terbatas dengan anggota keluarga di rumah dan anak-anak dari lingkungan tetangga terdekat saja. Beberapa ahli mengatakan bahwa dengan lebih banyak berinteraksi dengan teman-teman sebaya, seperti dalam preschool atau Taman Kanak-kanak (TK), kepekaan-kepekaan sosial anak akan muncul, seperti yang diungkapkan oleh Zick Rubin, pengarang Children's Friendships, bahwa anak-anak, khususnya usia prasekolah mendapatkan ketrampilan sosial mereka lebih banyak dari interaksi dengan sesama dibanding dari orang tua.
Uraian di atas semakin memperjelas kita bahwa perkembangan sosial seorang anak yang melalui berbagai tahapan proses kematangan dan pembelajaran akan diperoleh manakala anak mendapat kesempatan belajar dari berbagai respon lingkungan terhadap anak. Dan hal tersebut akan lebih optimal lagi jika didukung dengan proses pembelajaran dalam lingkup yang lebih formal, seperti lembaga-lembaga pendidikan prasekolah (preschool). Untuk itu perlulah kiranya kita ketahui dan kaji lebih lanjut mengenai konsep preschool yang sedang menjamur sekarang ini dari berbagai perspektif, termasuk pendidikan Islam, serta implikasinya terhadap perkembangan sosial anak. Dengan demikian akan memberikan bekal bagi para pendidik dalam membimbing anak-anak menjadi generasi yang cerdas dalam menghadapi persaingan global. Cerdas, bukan hanya cerdas rasionalitasnya, namun juga cerdas menyikapi lingkungan sosialnya dengan mengasah sisi-sisi emosionalitasnya, yang di sana termuat kecerdasan-kecerdasan sosial.
B. Alasan Pemilihan Judul
Ada beberapa hal yang mendorong penulis untuk memilih judul tersebut, yaitu:
1. Perkembangan masyarakat dunia yang semakin mengglobal memasuki milenium ketiga yang memunculkan persaingan global antarbangsa, menuntut seseorang untuk lebih cerdas dalam menyikapinya. Kecerdasan tersebut tidak hanya melulu kecerdasan intelektualitas atau yang terwujud dalam nilai-nilai akademik, namun juga kecerdasan yang terwujud dalam kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sosialnya, sehingga dia lebih bisa masuk dan diterima oleh masyarakat global.
2. Perkembangan sosial seseorang bukanlah sesuatu yang "given" atau datang begitu saja, tapi lebih merupakan hasil dari tahapan-tahapan proses kematangan dan pembelajaran yang dimulai sejak masa kanak-kanak.
3. Tujuan dasar dari suatu pembelajaran adalah terjadinya perubahan-perubahan positif secara mendasar. Proses pembelajaran ketrampilan bersosialisasi akan tercapai dengan optimal jika dimulai sejak dini, yaitu periode awal kehidupan seorang anak (usia 6 tahun pertama) atau masa prasekolah. Pada masa itulah saat yang tepat untuk mengajarkan ketrampilan-ketrampilan sosial, karena sikap dan perilaku sosial yang terbentuk pada usia-usia tersebut biasanya menetap dan hanya mengalami perubahan sedikit.
4. Proses pembelajaran ketrampilan sosial akan berlangsung lebih optimal manakala anak mendapat kesempatan belajar dari respon lingkungan yang seluas-luasnya terhadap dirinya, yang salah satunya adalah dengan memasuki lembaga-lembaga pendidikan prasekolah, atau yang lazim disebut dengan preschool, seperti play group, atau yang berada dalam jenjang pendidikan formal yaitu Taman Kanak-kanak (TK). Karena berbagai studi menunjukkan bahwa anak-anak yang mengikuti pendidikan prasekolah melakukan penyesuaian sosial lebih baik dibandingkan anak-anak yang tidak mengikutinya.
C. Penegasan Istilah dan Pembatasan Masalah
Agar kajian ini dapat dipahami secara tepat dan benar, serta untuk menghindari kesalahpahaman, maka penulis memandang perlu untuk menjelaskan kata-kata yang esensial dalam judul, yaitu sebagai berikut:
1. Konsep Preschool (Pendidikan Prasekolah)
Dalam Webster's Encyclopedic, "concept" diartikan "an idea, general notion, an idea of something formed by mentally combining all its characteristics or particulars".
Artinya : "Suatu ide umum, suatu ide tentang sesuatu yang dibentuk secara mental yang merupakan gabungan dari sifat-sifatnya maupun kekhususannya."
Sedangkan "preschool" menurut Webster's Encyclopedic mempunyai dua arti, yaitu:
a. adjective of pertaining to, or intended for a child between infancy and school age.
Artinya : "Kata sifat yang dimaksudkan untuk seseorang anak yang berada pada usia bayi dengan usia sekolah".
b. a school or nursery for preschool children.
Artinya : "Sekolah untuk anak-anak prasekolah".
Adapun pendidikan prasekolah, dalam Peraturan Pemerintah Republik Indonesia no. 27 tahun 1990 disebutkan bahwa:
Pendidikan prasekolah adalah pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan anak sebelum memasuki pendidikan dasar, yang diselenggarakan di jalur pendidikan sekolah atau pendidikan luar sekolah.
Jadi konsep preschool yang penulis maksud di sini adalah pengertian (pandangan) mengenai sekolah untuk anak-anak usia prasekolah, yaitu usia 3-6 tahun.
2. Pendidikan Islam
Menurut Drs. Ahmad D. Marimba, pendidikan Islam adalah bimbingan jasmani, rohani berdasarkan hukum-hukum agama Islam menuju terbentuknya kepribadian utama menurut ukuran-ukuran Islam, yaitu kepribadian yang memiliki nilai-nilai agama Islam, memilih dan memutuskan serta berbuat berdasarkan nilai-nilai Islam.
3. Perkembangan Sosial Anak
Sosial mempunyai pengertian berkenaan dengan hubungan di antar dua individu atau lebih.
Adapun perkembangan sosial dimaksudkan sebagai pencapaian kematangan dalam hubungan sosial. Dapat juga diartikan sebagai proses belajar untuk menyesuaikan diri terhadap norma-norma kelompok, moral dan tradisi, meleburkan diri menjadi suatu kesatuan dan saling berkomunikasi dan bekerja sama.
Sedangkan anak yaitu masa dalam perkembangan dari berakhirnya masa bayi hingga menjelang masa pubertas. Yaitu usia 0,0 -12,0.
Perkembangan sosial anak di sini dimaksudkan sebagai perkembangan tingkah laku anak dalam menyesuaikan diri dengan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat di mana anak berada.
Jadi yang dimaksud dengan konsep preschool dalam perspektif pendidikan Islam dan implikasinya terhadap perkembangan sosial anak adalah bagaimana implikasi dari penyelenggaraan konsep preschool terhadap perkembangan sosial anak-anak yang mengikuti program tersebut tentunya.
D. Permasalahan
Berpijak dari uraian di atas, ada beberapa pokok permasalahan yang menjadi bahan kajian penulis, yaitu:
1. Bagaimanakah konsep preschool di TK X?
2. Bagaimanakah perkembangan sosial anak di TK X?
3. Bagaimanakah implikasi konsep preschool terhadap perkembangan sosial anak di TK X ?
E. Tujuan Penulisan Skripsi
Berangkat dari beberapa permasalahan di atas, ada beberapa hal yang menjadi tujuan penelitian ini, yaitu:
1. Untuk mengetahui dan mengkaji konsep preschool di TK X.
2. Untuk mengetahui dan mengkaji perkembangan sosial anak di TK X.
3. Untuk menganalisis lebih lanjut tentang implikasi konsep preschool terhadap perkembangan sosial anak di TK X.
F. Metode Penulisan Skripsi
Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan metode deskriptif kualitatif. Adapun metode-metode yang akan digunakan ialah sebagai berikut:
1. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data dalam penelitian ini penulis menggunakan tiga metode, yaitu:
a. Library research
Yaitu melalui riset kepustakaan untuk mengkaji sumber-sumber tertulis baik yang telah dipublikasikan atau belum.
Metode ini berguna untuk mengkaji sumber-sumber tentang konsep preschool dan perkembangan sosial anak sebagai landasan teori dalam penelitian ini.
b. Metode observasi
Yaitu cara pengambilan data dengan menggunakan pengamatan langsung dengan tujuan dan prosedur yang sistematis.
Metode ini digunakan untuk mengamati secara langsung perilaku-perilaku sosial anak di sekolah (TK).
c. Metode wawancara
Yaitu proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden dengan menggunakan alat yang dinamakan interview guide (panduan wawancara).
Metode ini digunakan untuk memperoleh keterangan dari pihak sekolah, dalam hal ini pengelola TK X, berkaitan dengan konsep preschool yang diterapkan di TK X.
2. Metode Analisis Data
Setelah data-data terkumpul, selanjutnya disusun secara sistematis dan dianalisa secara kualitatif dengan menggunakan metode-metode sebagai berikut:
a. Metode deskriptif
Yaitu suatu metode yang bertujuan untuk membuat deskripsi, gambaran atau lukisan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta, sifat-sifat serta hubungan antarfenomena yang diselidiki. Metode ini berguna untuk menganalisis data-data yang berasal dari sumber-sumber pustaka tentang konsep preschool dan perkembangan sosial anak.
b. Metode deduktif
Yaitu suatu metode yang beranjak pada pemikiran yang bersifat umum kemudian disimpulkan dalam pengertian khusus.
c. Metode induktif
Yaitu metode yang bermula dari fakta khusus, akhirnya ditarik kesimpulan yang bersifat umum.
Metode ini berguna untuk menganalisa fakta yang ada di lapangan untuk kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat umum sesuai dengan landasan teori yang ada.
G. Sistematika Penulisan Skripsi
Dalam sistematika penulisan skripsi ini penulis membagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian depan, isi dan akhir. Pada bagian depan memuat halaman judul, halaman nota pembimbing, halaman pengesahan, halaman motto, halaman persembahan, halaman kata pengantar dan halaman daftar isi.
Adapun bagian isi memuat lima bab, yang secara berurutan terdiri dari bab Pendahuluan, Konsep Preschool dan Perkembangan Sosial Anak, Konsep Preschool dan Perkembangan Sosial Anak di TK X, Analisa Konsep Preschool dalam Perspektif Pendidikan Islam dan Implikasinya terhadap Perkembangan Sosial Anak, dan yang terakhir Penutup.
Pada bab I, Pendahuluan, memuat secara global mengenai kerangka skripsi yang meliputi latar belakang masalah, alasan pemilihan judul, penegasan istilah dan pembatasan masalah, permasalahan, tujuan penulisan skripsi, kajian pustaka, metode dan sistematika penulisan skripsi.
Pada bab II, yaitu Konsep Preschool dan Perkembangan Sosial Anak, memaparkan konsep preschool di Indonesia, konsep pendidikan prasekolah dalam perspektif pendidikan Islam dan perkembangan sosial anak.
Adapun pada bab III, tentang Konsep Preschool dan Perkembangan Sosial Anak di TK X, menjelaskan tentang konsep preschool TK X dan perkembangan sosial anak di TK X.
Pada bab IV, akan dibahas tentang analisis psikologis dan pendidikan Islam tentang penyelenggaraan konsep preschool di TK X, analisis faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangan sosial anak dan nilai-nilai manfaat yang terdapat dalam penyelenggaraan preschool serta implikasinya terhadap perkembangan sosial anak.
Sedangkan pada bab V (terakhir) berisi tentang kesimpulan, saran dan penutup.
Adapun pada bagian ketiga dari penulisan skripsi ini adalah bagian akhir, yang berisi daftar pustaka, lampiran-lampiran dan daftar riwayat pendidikan penulis.