Analisis Kontingensi


Sistem tranmisi secara periodik harus dianalisa oleh fungsi Kontingensi analisis (CA) untuk memprediksi masalah yang potential apabila elemen terpilih dari sistem tenaga dikeluarkan (out of service). Fungsi CA harus menggunakan hasil hitungan state estimation sebagai “base case” dan memeriksa kasus kontingensi tertentu untuk menetapkan apakah ada overload yang potensial atau masalah tegangan yang muncul.

Kasus Kontingensi
Setiap kasus kontingensi harus berisi kombinasi dari elemen , termasuk :
a. Branch outages
b. Switching reaktor atau kapasitor
c. Outages untuk pembangkit
d. Outages elemen beban
e. Perubahan peralatan switch (keluar atau masuk)
Setiap kasus dapat berisi sampai dengan lima elemen outage yang ditentukan oleh pengguna secara interaktif melalui isian display. Setiap kasus harus dapat diberi nomor kasus dan ditandai dengan satu dari delapan tingkat prioritas oleh pengguna. Tingkat prioritas yang akan distudi selama setiap eksekusi dari CA harus dapat ditandai oleh pengguna.
Model “closed loop control” dari tap changer transformer (tegangan dan phase shifter), switching reaktor/kapasitor, dan pembatasan daya reaktif unit pembangkit harus dapat di-enable atau di-inhibit oleh pengguna.
Dalam kejadian outages unit pembangkit atau outages yang menyebabkan kehilangan beban, perubahan dalam pembangkitan/beban harus diberitahukan kepada semua unit pembangkit yang masih beroperasi didalam island kelistrikan yang berpengaruh Solusi lengkap harus dapat dibuat dengan hasil berupa perubahan dalam topologi jaringan (seperti pembentukan bus sistem baru atau merger beberapa bus) atau hasil berupa satu group bus diisolasi dari sistem yang masih beroperasi tersebut.
Sebuah solusi lengkap harus dapat dibuat untuk setiap “viable island” (contoh, untuk setiap island yang didalamnya ada pembangkit dan beban bersesuaian dalam jumlah yang ditentukan sebelumnya).
Outages cascade harus dapat dimodelkan atau di-customized. Area akan mendefiniskan transmisi terpilih sebagai peralatan outages sekunder. Setiap peralatan outages sekunder harus terkait dengan titik pemantauan outages sekunder. Apabila titik pemantauan peralataan outage sekunder menyimpang terhadap batasan berkenaan dengannya selama pengevaluasian kasus kontingensi, peralatan tersebut harus ditambahkan kedalam elemen outagesnya. Harus ada sampai dengan 20 peralatan outages sekunder. Dalam situasi yang demikian apabila peralatan outages sekunder ditambahkan kedalam kasus tersebut, output harus jelas menguraikan penambahan elemen sistem tenaga tersebut.
Fungsi CA harus menstudi sampai dengan 200 kasus kontingensi, termasuk didalamnya kasus-kasus “dynamically created”.
Kasus-kasus “dynamically created” masing-masing harus berisi elemen tunggal yang diambil agar lebih memperburuk sekumpulan transmisi yang over load, jika ada.

Contingency Screening
Kasus kontingensi dapat di screening, sedemikian halnya mereka merepresentasikan adanya problem sekuriti yang terburuk yang perlu dipelajari. Screening harus mengidentifikasi problem daya aktif dan reaktif dan tegangan. Proses screening harus dapat di-bypass oleh pengguna dengan memilih secara manual kasus spesifik untuk analisa secara lebih detail.

Full CA Analysis
Setelah seluruh kasus kontingensi, studi “full CA Analysis” harus dapat dilakukan untuk sepuluh kasus yang paling jelek.
CA akan berisi daftar penyimpangan untuk sekumpulan aliran transmsisi dan tegangan bus yang ditandai pengguna, diutamakan untuk aliran pada transmisi dan tegangan bus. Batasan untuk besaran non-analog input harus ditentukan. Sebagai tambahan, untuk tegangan bus, harus ada satu set batasan penyimpangan antara tegangan sebelum kontingensi dengan tegangan setelah kontingensi pada bus yang ditentukan pengguna.

CA Output
CA akan mengingatkan pengguna setiap terjadi penyimpangan kontingensi. Kondisi overload yang muncul dalam “base case” tidak perlu di “alarmkan” kecuali mereka melebihi derajat overload dalam base case ditentukan oleh “engineer –enterable amount”. Untuk setiap elemen yang menyimpang, output harus mengidentifikasi nama, nilai parameter dan batasan yang berkenaan dengannya, dan nilai parameter dalam base case. Output CA harus juga menyertakan kondsi awal peralatan outages. Output CA harus tersedia untuk pencetakan pada peralatan yang ditugaskan pengguna. Penyimpangan sebagai hasil dari  CA harus diurutkan menurut keburukannya. Algoritma pengurutan harus memperhitungkan “multiple limit” yang digunakan untuk setiap nilai pada transmisi yang dipantau.
Pertama-tama memerintahkan untuk memonitor transmisi yang melampaui batas operasi tertinggi, kemudian memoniitor transmisi-transmisi yang melampaui batas operasi tertinggi berikutnya, demikian selanjutnya. Tingkat keburukan harus ditentukan berdasarkan pada derajat beban lebih (aktif dan reaktif) dan deviasi tegangan sebagai hasil skenario gangguan yang telah ditentukan untuk setiap kasus kontingensi. Sebuah rangkuman output harus dipersiapkan yang mendaftarkan nomor kasus, judul kasus, dan prioritas untuk setiap kasus. Informasi berikut harus tersedia bagi setiap kasus :
a.  Apakah kasus tersebut “discreen” atau tidak
b. Hasil dari screening, contohnya konvergen, divergen, sistem terpisah, dan pembangkitan tidak cukup
c.  Apakah screening mengindikasikan penyimpangan yang potensial atau tidak
d. Rangking sesuai hasil screening. Di dalamnya berisi beberapa penyimpangan seperti real, reaktif, besarnya tegangan dan penyimpangan tegangan
e.  Apakah disimulasi memakai “full AC Analysis” atau tidak
f.  Hasil simulasi, contohnya, konvergen dengan penyimpangan, konvergen tanpa penyimpangan, tidak konvergen, divergen, index keburukan, index keburukan sebelumnya

Sumber : Bagian Scada, Spesifikasi Teknis, Fungsi EMS,DMS dan DTS, PT. PLN (Persero), Jakarta, 2008

Blog Archive