Skripsi Korelasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam Terhadap Perilaku Siswa Di SMP X

(KODE PEND-AIS-0051) : SKRIPSI KORELASI HASIL BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA ISLAM TERHADAP PERILAKU SISWA DI SMP X








BAB I
PENDAHULUAN




A. Latar Belakang Masalah
     Pendidikan merupakan salah satu aspek penting dalam upaya pembudayaan manusia. Karena itu, setiap wacana pendidikan selalu menarik perhatian publik. Melalui pendidikan, kepribadian siswa dibentuk dan diarahkan sehingga dapat mencapai derajat kemanusiaan sebagai makhluk berbudaya. Untuk itu, idealnya pendidikan tidak hanya sekedar sebagai transfer ilmu pengetahuan dan keterampilan (transfer of knowledge and skill) tetapi lebih dari itu adalah transfer perilaku (transfer of attitude).


      Di Indonesia sendiri, terutama lembaga-lembaga pendidikan agama seperti madrasah, upaya pembentukan kepribadian siswa secara lebih intens dilakukan melalui pendidikan agama. Diharapkan, pendidikan agama mampu membentengi siswa dari berbagai pengaruh negatif lingkungan, sekaligus dapat menjadi agen sosial (social agent) menuju masyarakat yang lebih berperadaban (civil society). Namun demikian, belakangan masyarakat mulai mempertanyakan efektivitas penyelenggaraan pendidikan agama dalam konteks pembentukan perilaku siswa.


       Fenomena dalam masyarakat memperlihatkan bahwa secara umum hasil pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di sekolah dewasa ini belum memuaskan banyak pihak, dan bahkan dinilai gagal. Pendidikan agama Islam dinilai masih terkesan berorientasi pada pengajaran agama yang bersifat kognitif dan hafalan, kurang berorientasi pada aspek pengamalan ajaran agama. Diantara indikator yang sering dikemukakan, bahwa dalam kehidupan masyarakat, masih dijumpai banyak kasus tindakan masyarakat yang bertentangan dengan ajaran agama. Adanya kekerasan dan keberingasan yang dilakukan di kalangan pemuda, pelajar dan mahasiswa, masih marak diberitakan dalam media massa. Demikian juga perilaku maksiat, kasus kehamilan di luar nikah di kalangan siswa-siswa sekolah serta banyaknya para siswa sekolah terlibat dalam penggunaan narkoba, memperlihatkan adanya penghayatan terhadap nilai-nilai ajaran agama siswa belum memadai.


        Perubahan yang diperoleh individu setelah melalui suatu proses belajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. PAI diharapkan dapat dipahami dengan baik oleh siswa, agar dengan pemahaman ini siswa dapat mengaktualisasikan nilai-nilai agama yang diperoleh dalam praktek kehidupannya. Guru diharapkan dapat menyampaikan materi secara komunikatif, edukatif dan persuasif sehingga tujuan yang diharapkan dapat terpenuhi. Berdasarkan uraian diatas, maka PAI memiliki peran dalam penanggulangan perilaku yang kurang baik melalui interaksi edukatif yang dilakukan antara guru dan siswa.


       Pengembangan pendidikan lebih berorientasi pada kompetensi peserta didik, dan difokuskan pada kemampuan life skill siswa. Kompetensi Dasar Pendidikan Agama Islam adalah; siswa beriman dan bertaqwa kepada Allah SWT; berakhlaq mulia (berbudi pekerti luhur) yang tercermin dalam perilaku sehari-hari dalam hubungannya dengan Allah, sesama manusia, dan alam sekitar; mampu membaca dan memahami al Qur'an; mampu beribadah dan bermuamalah dengan baik dan benar; serta mampu menjaga kerukunan intern dan antar umat beragama.


      Keberhasilan kompetensi dasar tersebut diperlukan adanya penguasaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang harus dimiliki peserta didik agar dapat melaksanakan program-pro gram pembelajaran dan mengimplementasikan program tersebut pada setiap mata pelajaran.


        Menurut Harun Nasution sebagaimana dikutip Muhaimin, salah satu kegagalan dan kelemahan Pendidikan Agama Islam karena dalam praktik pendidikannya, hanya memperhatikan aspek kognitif semata dan mengabaikan aspek afektif dan konatif-volitif, yakni kemauan dan tekad untuk mengamalkan nilai-nilai ajaran agama. Akibatnya terjadi kesenjangan antara pengetahuan dan pengamalan dalam kehidupan sehari-hari, sehingga tidak mampu membentuk pribadi-pribadi bermoral, padahal inti dari pendidikan agama adalah pendidikan moral.


        Dari sinilah, maka perlu adanya pembelajaran PAI yang tidak saja menekankan aspek pengetahuan (kognitif), tetapi yang lebih penting adalah pembelajaran PAI yang mampu memberikan bimbingan secara intensif tentang aspek psikomotorik dan afektif para siswa. Ketiga aspek tersebut harus berjalan secara berimbang. Pada aspek kognitif nilai-nilai ajaran agama diharapkan dapat mendorong siswa untuk mengembangkan kemampuan intelektualnya secara optimal. Sedangkan aspek afektif diharapkan nilai-nilai ajaran agama dapat memperteguh sikap dan perilaku keagamaan. Demikian pula aspek psikomotor diharapkan mampu menanamkan keterikatan dan keterampilan lakon keagamaan.


          Perilaku siswa tentunya tidak hanya dipengaruhi oleh tiga ranah di atas, karena tiga ranah tersebut masih terbatas pada pengaruh pendidikan di sekolah. Selain unsur pendidikan di sekolah, perilaku siswa juga dipengaruhi oleh faktor pendidikan keluarga dan masyarakat. Ketika siswa melakukan aktualisasi diri dan bersosialisasi, hal itu merupakan refleksi dari kondisi psikis siswa pengaruh dari pendidikan di sekolah, interaksi antara siswa dengan keluarganya dan interelasi antara siswa dengan masyarakat lingkungannya. Menurut Jalaluddin, kebiasaan yang dimiliki anak sebagian besar terbentuk oleh pendidikan keluarga, orang tua (bapak dan ibu) adalah pendidik kodrati. Mereka pendidik bagi anak-anaknya karena secara kodrat ibu dan bapak diberikan anugerah oleh Tuhan Pencipta berupa naluri orang tua. Karena naluri ini timbul rasa kasih sayang para orang tua kepada anak-anak mereka, hingga secara moral keduanya merasa terbeban tanggung jawab untuk memelihara, mengawasi, dan melindungi serta membimbing keturunan mereka. Lebih lanjut Dadang Hawari dalam berbagai penelitian yang telah dilakukan dikemukakan bahwa anak/remaja yang dibesarkan dalam lingkungan sosial keluarga yang tidak baik/disharmoni keluarga, maka resiko anak untuk mengalami gangguan kepribadian menjadi berkepribadian anti sosial dan berperilaku menyimpang lebih besar dibandingkan dengan anak/remaja yang dibesarkan dalam keluarga yang sehat/harmonis. Selain faktor keluarga, masyarakat merupakan lapangan pendidikan ketiga setelah keluarga dan sekolah. Masyarakat ikut mempengaruhi perilaku menyimpang anak. Masyarakat dibagi dua bagian; pertama faktor kerawanan masyarakat dan kedua faktor daerah rawan.


       SMP Negeri X sebagai salah satu sekolah yang ikut bertanggung jawab dalam pembentukan perilaku siswa usia remaja di Surabaya, sedang melakukan pembelajaran PAI ketiga ranah di atas (kognitif, afektif, psikomotor) melalui Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Berdasarkan pengamatan sementara, dijumpai ada beberapa siswa yang sering bolos sekolah, absen beberapa pelajaran, tidak aktif dalam kelas, suka mengganggu teman ketika pelajaran sedang berlangsung, meremehkan pelajaran agama walaupun siswa tidak pandai, sikap kurang sopan terhadap guru, ketidakaktifan siswa salat dhuhur berjamaah di sekolah. Bahkan ada orang tua siswa yang memindahkan anaknya ke sekolah lain karena tahu anaknya nakal sementara pihak sekolah membiarkan saja tanpa tindakan tertentu atau memanggil orang tua siswa. Oleh karena itu, persoalan di atas menarik untuk diteliti, karena terdapat ketidaksesuaian antara idealitas dan realitasnya. Penulis akan melakukan penelitian dengan mengambil judul "Korelasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Perilaku Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri X".


B.  Rumusan Masalah
     Mengacu kepada latar belakang yang telah diuraikan di atas, penulis merumuskan masalahnya sebagai berikut:
  1. Bagaimana hasil belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri X?

  2. Bagaimana perilaku siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri X?

  3. Bagaimana korelasi hasil belajar Pendidikan Agama Islam terhadap perilaku siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri X?



C. Tujuan Penelitian
  1. Untuk mendeskripsikan hasil belajar Pendidikan Agama Islam di Sekolah Menengah Pertama Negeri X.

  2. Untuk mendeskripsikan perilaku siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri X.

  3. Untuk membuktikan korelasi antara hasil belajar Pendidikan Agama Islam terhadap perilaku siswa di Sekolah Menengah Pertama Negeri X.



D.  Kegunaan Penelitian
      Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat atau berguna bagi berbagai pihak, antara lain :
  1. Bagi sekolah, sebagai masukan dan refleksi sekolah tentang korelasi antara hasil pembelajaran PAI dengan perilaku siswanya

  2. Bagi penulis, sebagai persyaratan akademis menjadi sarjana Pendidikan Agama Islam

  3. Bagi para peneliti, sebagai bahan pertimbangan untuk penelitian lebih lanjut.



E.   Asumsi Penelitian
     Asumsi adalah suatu hal yang diyakini kebenarannya oleh peneliti, harus dirumuskan secara jelas. Manfaatnya untuk memperkuat permasalahan, membantu peneliti dalam memperjelas obyek penelitian, wilayah pengambilan data, dan instrumen pengumpulan data. Asumsi dasar dalam penelitian ini adalah:
  1. Hasil belajar merupakan prestasi akademis yang bersifat formal.

  2. Perilaku merupakan refleksi dari kondisi mental anak, meliputi; emosi, pikiran, dan bersifat non formal.

  3. Perilaku siswa juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan dimana siswa tersebut berada, kondisi jiwa atau psikis siswa, dan pergaulan dengan individu lain.



F.  Definisi Operasional
     Judul penelitian ini adalah "Korelasi Hasil Belajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Terhadap Perilaku Siswa Di Sekolah Menengah Pertama Negeri X". Agar tidak terjadi misinterpretasi dalam pemahaman judul penelitian ini, penulis perlu menegaskan istilah yang dimaksud:


     Korelasi : keterkaitan; perkorelasi dua masalah yang tidak saling menyebabkan. Maksudnya adalah hasil belajar tidak selalu terkait dan saling menyebabkan dengan perilaku siswa.


     Hasil belajar : kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnya. Maksudnya di sini adalah siswa memperoleh hasil dari suatu interaksi tindakan belajar pada materi Pendidikan Agama Islam. Diawali dengan proses belajar, mencapai hasil belajar, dan menentukan nilai hasil belajar, yang mencakup tiga ranah, yaitu kognitif, afektif, dan psikomotorik.


    Perilaku siswa : tindakan, perbuatan, kelakuan, tabiat, perangai. Yang dimaksud dengan perilaku siswa di sini adalah perilaku keagamaan dan akhlak dalam pergaulan sehari-hari.


G. Sistematika Pembahasan
     Dalam penulisan penelitian ini agar supaya kronologis dan sistematis, penulis menyajikan sistematika bahasan sebagai berikut :
      Bab I : berisi pendahuluan. Dalam bab ini penulis menjelaskan beberapa hal, diantaranya tentang latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, asumsi dasar penelitian, hipotesis penelitian, kegunaan penelitian, definisi operasional judul, metode penelitian yang meliputi jenis dan rancangan penelitian, operasional variabel, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, dan teknik analisis data.


      Bab II : berisi landasan teori. Dalam bab ini penulis membahas tentang teori-teori dasar yang terbagi menjadi tiga sub bab, Pertama, teori tentang hasil belajar PAI (di dalamnya membahas pengertian hasil belajar PAI, pembagian hasil belajar PAI, pengukuran hasil belajar PAI ke dalam berbagai ranah). Kedua, teori tentang perilaku siswa (di dalamnya membahas pengertian perilaku siswa, faktor-faktor yang mempengaruhi terbentuknya perilaku siswa, perkembangan perilaku siswa di sekolah, contoh perilaku siswa). Ketiga, korelasi antara hasil belajar PAI dengan perilaku siswa.


      Bab III: berisi laporan hasil penelitian. Dalam bab ini penulis membahas tentang gambaran umum (profil) obyek penelitian, penyajian data dan analisis data.


      Bab IV : berisi kesimpulan dan saran. Dalam bab ini penulis menarik kesimpulan dan memberi saran, sebagai hasil akhir dari penulisan skripsi ini.

Blog Archive