BAB I
PENDAHULUAN
Setiap lembaga pendidikan pasti mempunyai tujuan yang sama dalam usaha mencerdaskan kehidupan bangsa. Salah satunya yaitu dengan senantiasa meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan masing-masing lembaga pendidikan tersebut. Begitu pula yang dilakukan oleh SMP X yang terus berusaha menerobos dalam peningkatan mutu dan kualitas sekolah. Berbagai upaya dilakukan untuk mengatasi kendala-kendala yang timbul dalam kaitannya dengan mutu pendidikan. Termasuk bersikap terbuka dan bekerjasama dengan peneliti untuk menemukan inovasi-inovasi baru di dalam pembelajaran. Inovasi-inovasi baru ini diharapkan bisa diterapkan dengan baik sehingga bisa mengatasi kendala-kendala yang selama ini timbul dan perlu segera ditangani.
Salah satu kendala yang kini sedang dihadapi SMP X terkait dengan keterampilan berbahasa adalah rendahnya kemampuan menulis siswa. Hal ini bisa diketahui dan diidentifikasi dari beberapa hal. Pertama, hasil wawancara peneliti dengan guru Mata Pelajaran Bahasa Indonesia (Dian Perdani, S. Pd) yang mengajar di sekolah tersebut tertanggal 7 Januari XXXX. Guru menjelaskan bahwa kemampuan menulis siswa kelas VIII masih sangat rendah, terutama menulis teks berita. Siswa masih bingung dengan pengemasan bahasa berita yang singkat, padat dan jelas. Mereka pun terkadang tidak memperhatikan kelengkapan data pokok berita. Selain itu aspek ejaan dan tanda baca juga masih rendah. Beliau menambahkan, "Jadi siswa itu kalau diterangkan, kalau ditanya, sudah paham atau belum, jawabannya itu sudah, tapi kalau disuruh mengerjakan itu masih banyak kesalahannya." Lebih lanjut, ditambahkan juga dari kelima kelas, kelas VIII B lah yang memiliki kemampuan menulis paling rendah.
Bertolak dari pernyataan tersebut, peneliti pun mengadakan observasi awal prasiklus (12 Januari XXXX) untuk memastikan kebenaran informasi yang diberikan guru sebelumnya.
Dari hasil observasi prasiklus dapat disimpulkan bahwa kualitas hasil kemampuan menulis teks berita siswa di kelas VIII B rendah. Berikut disajikan data hasil nilai kemampuan awal menulis teks berita siswa kelas VIII B.
** tabel sengaja tidak ditampilkan **
Kedua, dari hasil survei dan observasi prasiklus di kelas VIII B (Senin, 12 Januari XXXX) diperoleh gambaran awal kondisi pembelajaran menulis teks berita yang menunjukkan bahwa siswa kurang antusias dalam mengikuti pembelajaran menulis. Pada saat pemberian materi terlihat sekali dominasi guru. Guru menerapkan metode ceramah dan siswanya hanya disuruh mendengarkan dan mencatat jika memang diperlukan. Selesai menerangkan materi, guru meminta siswa membaca contoh teks berita yang ada di buku panduan mereka. Sedangkan guru hanya duduk di bangku depan. Kondisi ini berlangsung sekitar 15 sampai 20 menit. Waktu yang cukup lama dan terkesan tidak efektif. Siswa terlihat bosan dan sibuk dengan aktivitas mereka sendiri (mengobrol dengan teman sebangkunya, memandang ke langit-langit dan terlihat melamun, memain-mainkan alat tulis, dst). Keadaan ini menunjukkan kurangnya kualitas proses pembelajaran.
Sejauh ini pembelajaran menulis di SMP X berlangsung dengan menggunakan metode dan cara yang sama dari waktu ke waktu, yaitu hanya dengan memberikan tugas menulis dan dikerjakan di rumah kemudian dikumpulkan pada batas waktu yang telah ditentukan. Dalam hal ini guru tidak pernah mengetahui bagaimana proses pengerjaan siswa. Guru hanya mengetahui hasil akhirnya sebagai bahan penilaian. Dengan kata lain, pembelajaran lebih berorientasi pada produk. Penggunaan media serta sarana prasarana yang ada juga belum dimanfaatkan secara optimal.
Dari hasil wawancara dengan siswa (12 Januari XXXX) mengindikasikan bahwa minat siswa terhadap pembelajaran menulis rendah, minat membaca siswa pun rendah, padahal minat baca sangat bertalian erat dengan kemampuan menulis. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Semi (1995: 5) bahwa semakin banyak siswa membaca, cenderung semakin lancar dia menulis. Saat diwawancara beberapa siswa mengatakan kesulitan dalam menuangkan ide mereka sehingga mereka merasa malas, takut dan bosan ketika ada pelajaran menulis. Mereka juga menilai guru mereka kurang kreatif dalam menyampaikan materi, sehingga saat pembelajaran tidak bisa menumbuhkan motivasi dan minat mereka. Selain itu, siswa juga mengeluhkan tidak adanya penghargaan lebih terhadap karya mereka.
Rendahnya kemampuan menulis siswa (baik dari proses maupun hasil) menunjukkan adanya ketidakberhasilan di dalam pembelajaran menulis. Kesulitan siswa melakukan aktivitas menulis di sekolah maupun kekurangtepatan guru memilih strategi pembelajaran menulis menjadi faktor penyebab ketidakberhasilan sekolah menjadikan menulis sebagai suatu budaya/tradisi baik bagi siswa ataupun guru tersebut. Hal ini memungkinkan pelajaran menulis menjadi kegiatan yang membosankan bagi siswa.
Untuk mengoptimalkan hasil belajar, terutama bidang keterampilan seperti menulis, sudah selayaknyalah diperlukan sebuah teknik atau cara pengajaran yang lebih memudahkan siswa dalam melewati proses kreatif, yaitu dari mulai menemukan ide sampai menuangkannya. Usia anak SMP amerupakan usia transisi menuju dewasa. Sebagaimana yang dinyatakan Hoover (1964: 29) bahwa adolescent is seen as a dynamic individual caught in all the stresses and strains of transitions from childhood to a young adult. Selain itu, karakteristik dari remaja pada umumnya adalah mereka senang berkelompok dengan teman sebayanya. Hal ini dikemukakan oleh Warkitri (2002: 49) bahwa hampir setiap remaja memiliki teman-teman sebaya dalam bentuk kelompok. Berangkat dari hal tersebut peneliti menetapkan sebuah teknik pembelajaran yang sesuai dengan perkembangan psikologi siswa remaja yaitu Metode Cooperative Learning dengan tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
Menurut Slavin (2008: 10) siswa yang bekerjasama dalam belajar dan bertanggung jawab terhadap teman satu timnya mampu membuat diri mereka belajar sama baiknya. Dalam hal ini penerapan pembelajaran kooperatif dilaksanakan, atas dasar teori bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep-konsep yang sulit apabila mereka dapat saling mendiskusikan konsep-konsep itu dengan temannya. Sementara itu Student Teams Achievement Divisions (STAD) merupakan salah satu metode yang sangat mengutamakan kerja sama yang baik di dalam tim. Sebagaimana yang tertuang dalam Slavin (2008: 144) bahwa tim adalah fitur yang paling penting dalam STAD. Jika para siswa ingin agar timnya mendapatkan penghargaan tim, mereka harus membantu teman satu timnya untuk mempelajari materinya. Mereka harus mendukung teman satu timnya untuk melakukan yang terbaik, menunjukkan norma bahwa belajar itu penting, berharga, dan menyenangkan.
Penelitian tentang peningkatan keterampilan menulis teks berita dengan metode Student Teams Achievement Divisions (STAD) belum pernah diteliti oleh orang lain di SMP X. Selain itu, pembelajaran menulis teks berita yang berlangsung di SMP X hanya berkisar tentang pemberian materi dan tugas menulis teks berita dengan penugasan pekerjaan rumah. Guru tidak menerapkan sebuah teknik ataupun media yang bisa digunakan agar anak lebih tertarik dan tertantang. Atas dasar itu, maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian terhadap permasalahanyang dihadapi di kelas VIII B SMP X. Penelitian ini diharapakan bisa membawa dampak positif bagi guru dan siswa dalam rangka peningkatan kualitas proses dan hasil pembelajaran menulis teks berita di sekolah tersebut.
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, dapat dirumuskan masalah sebagai berikut:
1. apakah penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks berita siswa?
2. apakah metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) dapat meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis teks berita siswa?
C. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini adalah untuk :
1. meningkatkan kualitas proses pembelajaran menulis teks berita siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. meningkatkan kualitas hasil pembelajaran menulis teks berita siswa melalui penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD).
D. Indikator Keberhasilan
Untuk mengukur ketercapaian tujuan tersebut dirumuskan indikator-indikator keberhasilan tindakan baik proses maupun hasil sebagai berikut.
** tabel sengaja tidak ditampilkan
E. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
Penelitian ini diharapkan bisa memberikan kontribusi dalam pembelajaran bahasa yang berkaitan dengan teori keterampilan menulis, khususnya keterampilan menulis teks berita. Lebih lanjut dikaitkan dengan metode pembelajaran kooperatif Student Teams Achievement Divisions (STAD).
2. Manfaat Praktis
a. Bagi siswa
Dapat melakukan aktivitas menulis dengan lebih mudah dan menyenangkan, karena siswa merasa terbantu dengan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD) yang mengutamakan kerja kelompok. Akan tetapi tanggung jawab individupun tetap menjadi prioritas.
b. Bagi guru
Dapat mengembangkan pembelajaran menulis dengan berorientasi pada proses dan bukan hanya hasil, serta secara kreatif dan inovatif menggunakan cara yang lebih bisa memudahkan siswanya dalam mencapai keberhasilan pembelajaran.
c. Bagi sekolah
Sekolah bisa mendapatkan masukan strategi dan cara yang bagus tentang sistem pembelajaran, terutama pembelajaran menulis, sehingga sekolah bisa menerapkan cara yang efektif dan inovatif dalam sistem pembelajarnnya, sekaligus dapat dijadikan acuan dalam menemukan inovasi-inovasi baru lainnya.
d. Bagi peneliti
Menambah wawasan dan memperoleh pengalaman langsung tentang penerapan metode pembelajaran kooperatif tipe Student Teams Achievement Divisions (STAD), pada pembelajaran menulis teks berita pada siswa SMP.