BAB I
PENDAHULUAN
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Laporan Keuangan Adalah hasil dari proses atau kegiatan akuntansi. Laporan keuangan berisi tentang informasi keuangan perusahaan yang terdiri dari : Neraca, laporan laba-rugi, laporan arus kas, laporan perubahan modal, dan catatan atas laporan keuangan.
Informasi yang terdapat pada laporan keuangan sangat berguna bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan di perusahaan tersebut, contohnya manajemen sebagai pihak intern perusahaan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan. Bagi pihak ekstern, seperti investor menggunakan laporan keuangan untuk membantu kegiatan investasi di pasar modal. Pasar modal merupakan wahana bagi pihak yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang kelebihan dana (Lender).
Pasar modal bagi perusahaan merupakan alternative penghimpun dana dengan biiaya rendah selain daya tarik aspek likuiditas. Bagi investor, pasar modal menyediakan berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi investor.
Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Prestasi yang baik yang di capai perusahan dapat di lihat di dalam laporan keuangan yang di publikasikan oleh perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham.
Sebagian investor sebelum berinvestasi mereka terlebih dahulu mel;akuakan analisa terhadap informasi keuangan emiten. Dalam melakukan analisa, investor sering kali menggunakan informasi laba bersih, karena laba bersih di pandang sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam membayar deviden. Namun demikian laporan laba bersih belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari perusahaan. Faktor-faktor lain ayng juga penting adalah ketersediaan kas dalam perusahaan. Laporan laba rugi hanya menyajikan perubahan keuangan yang terjadi karena kegiatan perusahaan. Laporan arus kas merupakan laporan yang dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, yaitu mengenai jumlah kas yang tersedia dalam perusahaan. Laporan arus kas menyajikan posisi keuangan dari segi aliran kas keluar dan lairna kas masuk pada suatu periode. Dengan laporan arus kas, maka informasi arus kas dapat membantu melengkapi keberadaan sebagai indikator keadaan keuangan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakuakan penelitian. Penelitian ditujukan untuk memberikan informasi kepada investor. Informasi tersebut adalah mengenai “ Pengaruh Laba Perlembar Saham Terhadap Perubahan Harga Saham Pada PT. XYZ“.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana perhitungan EPS pada PT. XYZ ?
2. Bagaimana perubahan harga saham pada PT. XYZ?
3. Apakah terdapat hubungan antara EPS dengan Perubahan Harga saham pada PT. XYZ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perhitungan EPS pada PT. XYZ.
2. Untuk mengetahui perubahan harga saham pada PT. XYZ Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh EPS terhadap Perubahan Harga saham pada PT. XYZ.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, terutama bagi pihak-pihak berikut ini:
1. Penulis, Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan, juga sebagai pelengkap atau sarana untuk menerapkan teori-teori yang didapat selama dibangku kuliah.
2. Perusahaan, Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan perusahaan dalam melakukan aktivitas investasi di pasar modal.
3. Pihak lain, Semoga hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang berkepentingan, baik sebagai bahan bacaan atau sebagai literatur untuk karya serupa.
1.5 Kerangka Pemikiran
Laba perlembar saham merupakan ikhtisar data akuntansi yang paling sering dipublikasikan. Laba perlembar saham adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa. Laba perlembar saham merupakan keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham untuk setiap lembar saham.
Informasi laba perlembar saham ini sangat berguna bagi pihak manajemen ataupun pihak lain, seperti : investor dan calon investor. Informasi laba perlembar saham dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk menentukan besarnya pembagian deviden. Sedangkan bagi pihak investor dan calon invenstor informasi laba perlembar saham di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan meramalkan prestasi perusahaan di masa depan.
Adapun kerangka pemikiran mengenai Pengaruh Laba Perlembar Saham Terhadap Perubahan Harga Saham Pada PT. XYZ
Variable X :
EPS ( Laba Perlembar Saham )
Variable Y :
Perubahan Harga Saham.
Terdapat Pengaruh antara laba perlembar saham dengan perubahan harga saham
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah di kemukakan diatas. Maka penulis dapat merumuskan hipotesis yaitu: “ menunjukan Terdapat Pengaruh antara laba perlembar saham dengan perubahan harga saham pada PT. XYZ.
2.1 Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan meliputi beberapa aktivitas seperti: penganggaran, peramalan keuangan, analisis investasi, pengadaan dana dan lain-lain. Oleh sebab itu manajemen keuangan dapat diartikan sebagai berikut:
Menurut Agus Sartono ( 2001:8 ) Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai berikut :
“Manajemen dana baik yang berkaitan dengan mengalokasikan dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.”
Menurut Bambang Riyanto ( 2001:4 ) menyatakan bahwa :
“Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.”
Dari kedua pengertian Manajemen Keuangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Keuangan meliputi aktivitas seperti bagaimana perusahaan mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut dalam berbagai bentuk investasi dan untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Jadi perusahaan tidak hanya berusaha mencari dana saja, tetapi juga mengolah dana dengan baik dan menggunakan untuk kemakmuran pemegang saham.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan
Tujuan Manajemen keuangan dari suatu perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham diukur dari harga saham, dimana didalamnya sudah mencerminkan waktu pengembalian (jangka panjang), besarnya dan resiko. Karena itulah seorang manajer harus memfokuskan seluruh kegiatannya pada suatu tujuan yaitu meningkaykan nilai perusahaan semaksimal mungkin untuk para pemegang saham.
Fungsi pokok dari Manajemen Keuangan mencakup keputusan investasi (Investasi Decision), keputusan pembiayaan (Financial Dicision), dan keputusan kebijakan deviden (Deviden Policy).
Menurut Bambang Riyanto ( 2001:6 ) ada tiga fungsi dari Manajemen Keuangan, sebagai berikut :
1. Keputusan alokasi dana yang berasal dari luar perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi.
2. Pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi.
3. Kebijakan deviden.
Sedangkan menurut Agus Sartono ( 2001:6 ) fungsi pembelanjaan atau Manajemen Keuangan pada dasarnya terdiri dari fungsi pokok, yaitu :
1. Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana (use atau allocation of funds) yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif investasi atau keputusan investasi, dan
2. Fungsi memperoleh dana (obtaining of funds) atau fungsi pendanaan yang dalam pelaksanaanya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif pendanaan atau keputusan pendanaan (financing decision).
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Secara Umum saham adalah “surat Tanda Kepemilikan Perusahaan”. Pengertian harga saham menurut H.M Jogiyanto ( 2000:8 ), adalah :“Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal.”Menurut Agus Sartono ( 2001:9 ), harga saham terbentuk dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa factor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga saham akan terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh beberapa factor.
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang berhak atas aktiva perusahaan dan bertanggung jawab atas hutang – hutang perusahaan. Saham yang telah beredar di masyarakat dapat berpindah tangan melalui pasar sekunder, pasar sekunder di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) Dan Bursa Efek Surabaya ( BES ).
Kekuatan pasar dapat menjadi tombak dalam penentuan nilai perusahaan, dimana jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan akan naik. Demikian pula sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar maka harga saham perusahaan dinilai rendah oleh pasar sehingga akan berdampak pula pada harga saham perusahaan yang akan ikut menurun bahkan bias lebih rendah dari harga di pasar perdana. Dengan demikian, kekuatan tawar menawar di pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan.
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham ( 2001:26 ), factor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
5. Tingkt Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.3 Laba Per Lembar Saham ( Earning Per Share/EPS )
2.3.1 Pengertian Laba Per Lembar Saham ( Earning Per Share/EPS )
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat diartikan sebagai berikut :
Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) laba per lembar saham ( ESP ) adalah :“Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per each share of company’s outstanding common stock.”
Menurut Besley dan Brigham ( 2000:83 ) laba per lembar saham (EPS), adalah : “Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the items of on the income statement.”
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indicator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.
2.3.2 Penilaian Laba Perlembar Saham ( EPS )
Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba.
Neraca menunjukan posisi kekayaan, kewajiban financial dan modal sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama 1 tahun).
Alasan mengapa laba per lembar saham (EPS) disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk ( 2000:14 ) adalah :
“Jumlah absolute laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar sahm (EPS).”Sedangkan perhitungan laba per lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk ( 2001:15 ) adalah :
“Jika sebuah perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Jika ada saham preferen sebelum di bagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.”
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa perhitungan laba per lembar saham biasa adalah :
Laba Bersih
Laba per lembar saham =
Jumlah saham biasa yang beredar
2.4 Hubungan Laba perlembar Saham Terhadap Perubahan Harga Saham
Penelitian di Indonesia mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden mengandalkan laporan keuanagn. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba perlembar saham (Triyono dan Jogiyanto,2004:24).
Triyono (1998) menguji informasi arus kas dari aktivitas pendanaan, investasi, operasi, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham. Sampel pada penelitian yang di lakukan adalah 34 perusahaaan manufaktur yang Go Public di BEJ, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara arus kas, maupun ketiga komponen adalah return saham.
Dalam prakteknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS.
2. Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek.
3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham.
3.1 Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian dalam penulisan proposal ini adalah EPS dengan Perubahan Harga saham pada PT. Bank Mandiri Syariah.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penuyusunan proposal ini adalah metode deskriptif, yaitu dimulai dari menyusun dan mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan, menganalisanya, dan kemudian menginterpretasikannya secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang fakta-fakta yang ada. Selain itu juga penulis menggunakan metode penelitian asosiatif (hubungan) yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih antara sruktur modal terhadap likuiditas. Dengan penelitian ini maka akan dapat di bangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan dan meramalkan suatau gejala yang ada.
3.3 Operasional Variabel
Dalam penelitian ini penyusun membagi variabelnya menjadi sebagai berikut:
1. Variabel (X) atau Independent Variabel yaitu variabel yang tidak tergantung atas variabel lain dan variabel ini disebut juga variabel bebas, pada penelitian ini yang menjadi Variabel X adalah Laba Perlembar Saham.
2. Variabel (Y) atau Dependent Variabel yaitu variabel yang tergantung atas variabel lain, dan variabel ini disebut juga variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel Y adalah Harga Saham.
Operasional Variabel
Variabel
Indikator
Skala
EPS
· NET Income
· Jumlah rata-rata saham beredar
Rasio
Harga Saham
· Harga saham awal periode
· Harga saham akhir periode
Rasio
3.4 Jenis dan Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini penyusun menggunakan dua macam jenis dan sumber data, yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang bersangkutan dengan cara wawancara dan observasi dengan pihak terkait.
2. Data Sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari pengamatan langsung melainkan dari hasil studi kepustakaan baik berupa literatur maupun dokumen perusahaan
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Di dalam melakukan pengumpulan data penulis menggunakan teknik:
1. Observasi, yaitu langsung datang ke tempat objek yang ingin diteliti yaitu PT. Bank Mandiri Syariah..
2. Wawancara kepada para pegawai PT. Bank Mandiri Syariah.
3. Kepustakaan, yaitu melalui buku-buku tentang EPS dan Harga Saham.
3.6 Teknik Analisis Data
Untuk menentukan persamaan regresi linier sederhana dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = a + b X
a =
b =
Dimana:
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variable dependen yang didasarkan pada variabel independent.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
Y = Subjek / nilai dalam variabel dependen yang di prediksikan
X = Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
Untuk menganalisis data apakah antara variabel X (struktur modal) dan variabel Y (likuiditas) mempunyai hubungan atau tidak, maka penulis menggunakan rumus:
r =
Dimana:
n = Jumlah data
r = Korelasi ( Hubungan )
X = Variabel bebas ( Independen Variabel )
Y = Variabel tidak bebas ( Dependen Variabel )
Sedangkan untuk menentukan sebarapa besar kontribusi dari X terhadap naik turunnya nilai Y, maka harus dihitung suatu korelasi yang disebut koefisien penentuan ( Coefficient Of Determination ), rumusnya adalah sebagai berikut:
KD = rx 100%
KD = Coefficient of Determination
r = Corellation
3.7 Rancangan Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pengaruh struktur modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Mandiri Syariah..dapat dilakuakan dengan uji signifikan korelasi dipakai sebagai pembuktiannya adalah sebagai berikut:
Ø Jika H = 0, berarti tidak ada hubungan yang signifikan dan positif antara struktur modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Mandiri Syariah..
Ø Jika H0, berarti ada hubungan yang signifikan dan positif antara struktur modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Mandiri Syariah...
Rumus sebagai berikut : t =
Keterangan:
n = Banyaknya data
r = Koefisien korelasi antara variabel X (struktur modal) dan variabel Y (likuiditas).
Husnan, Suad dan Eni Pudjiastuti. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: PT BPFE.
Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: PT BPFE.
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sundjaja, Ridwan. S. Dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta: Literia Lintas Media.
Informasi yang terdapat pada laporan keuangan sangat berguna bagi pihak-pihak yang mempunyai kepentingan di perusahaan tersebut, contohnya manajemen sebagai pihak intern perusahaan menggunakan laporan keuangan sebagai dasar pengukuran kinerja perusahaan. Bagi pihak ekstern, seperti investor menggunakan laporan keuangan untuk membantu kegiatan investasi di pasar modal. Pasar modal merupakan wahana bagi pihak yang memerlukan dana (borrower) dengan pihak yang kelebihan dana (Lender).
Pasar modal bagi perusahaan merupakan alternative penghimpun dana dengan biiaya rendah selain daya tarik aspek likuiditas. Bagi investor, pasar modal menyediakan berbagai pilihan investasi yang sesuai dengan preferensi investor.
Harga saham mencerminkan juga nilai dari suatu perusahaan. Jika perusahaan mencapai prestasi yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan banyak diminati oleh para investor. Prestasi yang baik yang di capai perusahan dapat di lihat di dalam laporan keuangan yang di publikasikan oleh perusahaan (emiten). Emiten berkewajiban untuk mempublikasikan laporan keuangan pada periode tertentu. Laporan keuangan ini sangat berguna bagi investor untuk membantu dalam pengambilan keputusan investasi, seperti menjual, membeli, atau menanam saham.
Sebagian investor sebelum berinvestasi mereka terlebih dahulu mel;akuakan analisa terhadap informasi keuangan emiten. Dalam melakukan analisa, investor sering kali menggunakan informasi laba bersih, karena laba bersih di pandang sebagai indikator kemampuan perusahaan dalam membayar deviden. Namun demikian laporan laba bersih belum mencerminkan keadaan yang sebenarnya dari perusahaan. Faktor-faktor lain ayng juga penting adalah ketersediaan kas dalam perusahaan. Laporan laba rugi hanya menyajikan perubahan keuangan yang terjadi karena kegiatan perusahaan. Laporan arus kas merupakan laporan yang dapat memberikan informasi yang lebih lengkap, yaitu mengenai jumlah kas yang tersedia dalam perusahaan. Laporan arus kas menyajikan posisi keuangan dari segi aliran kas keluar dan lairna kas masuk pada suatu periode. Dengan laporan arus kas, maka informasi arus kas dapat membantu melengkapi keberadaan sebagai indikator keadaan keuangan perusahaan.
Berdasarkan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk melakuakan penelitian. Penelitian ditujukan untuk memberikan informasi kepada investor. Informasi tersebut adalah mengenai “ Pengaruh Laba Perlembar Saham Terhadap Perubahan Harga Saham Pada PT. XYZ“.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut, penulis merumuskan masalah dalam penelitian ini, sebagai berikut:
1. Bagaimana perhitungan EPS pada PT. XYZ ?
2. Bagaimana perubahan harga saham pada PT. XYZ?
3. Apakah terdapat hubungan antara EPS dengan Perubahan Harga saham pada PT. XYZ?
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui perhitungan EPS pada PT. XYZ.
2. Untuk mengetahui perubahan harga saham pada PT. XYZ Untuk mengetahui seberapa besar pengaruh EPS terhadap Perubahan Harga saham pada PT. XYZ.
1.4 Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi semua pihak, terutama bagi pihak-pihak berikut ini:
1. Penulis, Penelitian ini diharapkan dapat berguna untuk menambah pengetahuan, juga sebagai pelengkap atau sarana untuk menerapkan teori-teori yang didapat selama dibangku kuliah.
2. Perusahaan, Diharapkan dapat menjadi sumber informasi dan masukan perusahaan dalam melakukan aktivitas investasi di pasar modal.
3. Pihak lain, Semoga hasil dari penelitian ini dapat dimanfaatkan oleh pihak lain yang berkepentingan, baik sebagai bahan bacaan atau sebagai literatur untuk karya serupa.
1.5 Kerangka Pemikiran
Laba perlembar saham merupakan ikhtisar data akuntansi yang paling sering dipublikasikan. Laba perlembar saham adalah jumlah laba yang menjadi hak untuk setiap pemegang satu lembar saham biasa. Laba perlembar saham merupakan keuntungan yang diberikan kepada pemegang saham untuk setiap lembar saham.
Informasi laba perlembar saham ini sangat berguna bagi pihak manajemen ataupun pihak lain, seperti : investor dan calon investor. Informasi laba perlembar saham dibutuhkan oleh pihak manajemen untuk menentukan besarnya pembagian deviden. Sedangkan bagi pihak investor dan calon invenstor informasi laba perlembar saham di gunakan untuk menilai kinerja perusahaan dan meramalkan prestasi perusahaan di masa depan.
Adapun kerangka pemikiran mengenai Pengaruh Laba Perlembar Saham Terhadap Perubahan Harga Saham Pada PT. XYZ
Variable X :
EPS ( Laba Perlembar Saham )
Variable Y :
Perubahan Harga Saham.
Terdapat Pengaruh antara laba perlembar saham dengan perubahan harga saham
1.6 Hipotesis
Berdasarkan kerangka pemikiran yang telah di kemukakan diatas. Maka penulis dapat merumuskan hipotesis yaitu: “ menunjukan Terdapat Pengaruh antara laba perlembar saham dengan perubahan harga saham pada PT. XYZ.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Manajemen Keuangan
2.1.1 Pengertian Manajemen Keuangan
Manajemen Keuangan meliputi beberapa aktivitas seperti: penganggaran, peramalan keuangan, analisis investasi, pengadaan dana dan lain-lain. Oleh sebab itu manajemen keuangan dapat diartikan sebagai berikut:
Menurut Agus Sartono ( 2001:8 ) Manajemen Keuangan dapat diartikan sebagai berikut :
“Manajemen dana baik yang berkaitan dengan mengalokasikan dana dalam berbagai bentuk investasi secara efektif maupun usaha pengumpulan dana untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien.”
Menurut Bambang Riyanto ( 2001:4 ) menyatakan bahwa :
“Keseluruhan aktivitas yang bersangkutan dengan usaha untuk mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut.”
Dari kedua pengertian Manajemen Keuangan diatas, maka dapat disimpulkan bahwa Manajemen Keuangan meliputi aktivitas seperti bagaimana perusahaan mendapatkan dana dan menggunakan atau mengalokasikan dana tersebut dalam berbagai bentuk investasi dan untuk pembiayaan investasi atau pembelanjaan secara efisien. Jadi perusahaan tidak hanya berusaha mencari dana saja, tetapi juga mengolah dana dengan baik dan menggunakan untuk kemakmuran pemegang saham.
2.1.2 Tujuan dan Fungsi Manajemen Keuangan
Tujuan Manajemen keuangan dari suatu perusahaan adalah memaksimumkan kesejahteraan pemegang saham diukur dari harga saham, dimana didalamnya sudah mencerminkan waktu pengembalian (jangka panjang), besarnya dan resiko. Karena itulah seorang manajer harus memfokuskan seluruh kegiatannya pada suatu tujuan yaitu meningkaykan nilai perusahaan semaksimal mungkin untuk para pemegang saham.
Fungsi pokok dari Manajemen Keuangan mencakup keputusan investasi (Investasi Decision), keputusan pembiayaan (Financial Dicision), dan keputusan kebijakan deviden (Deviden Policy).
Menurut Bambang Riyanto ( 2001:6 ) ada tiga fungsi dari Manajemen Keuangan, sebagai berikut :
1. Keputusan alokasi dana yang berasal dari luar perusahaan maupun dana yang berasal dari luar perusahaan pada berbagai bentuk investasi.
2. Pengambilan keputusan pembelanjaan atau pembiayaan investasi.
3. Kebijakan deviden.
Sedangkan menurut Agus Sartono ( 2001:6 ) fungsi pembelanjaan atau Manajemen Keuangan pada dasarnya terdiri dari fungsi pokok, yaitu :
1. Fungsi menggunakan atau mengalokasikan dana (use atau allocation of funds) yang dalam pelaksanaannya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif investasi atau keputusan investasi, dan
2. Fungsi memperoleh dana (obtaining of funds) atau fungsi pendanaan yang dalam pelaksanaanya manajer keuangan harus mengambil keputusan pemilihan alternatif pendanaan atau keputusan pendanaan (financing decision).
2.2 Saham
2.2.1 Pengertian Saham
Secara Umum saham adalah “surat Tanda Kepemilikan Perusahaan”. Pengertian harga saham menurut H.M Jogiyanto ( 2000:8 ), adalah :“Harga saham yang terjadi dipasar bursa pada saat tertentu yang ditentukan oleh pelaku pasar dan ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dipasar modal.”Menurut Agus Sartono ( 2001:9 ), harga saham terbentuk dipasar modal dan ditentukan oleh beberapa factor seperti laba per lembar saham atau earning per share, rasio laba terhadap harga per lembar saham atau price earning ratio, tingkat bunga bebas resiko yang diukur dari tingkat bunga deposito pemerintah dan tingkat kepastian operasi perusahaan.
Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa harga saham akan terbentuk dari adanya transaksi yang terjadi di pasar modal yang ditentukan oleh permintaan dan penawaran saham yang bersangkutan dengan dipengaruhi oleh beberapa factor.
Pemegang saham adalah pemilik perusahaan yang berhak atas aktiva perusahaan dan bertanggung jawab atas hutang – hutang perusahaan. Saham yang telah beredar di masyarakat dapat berpindah tangan melalui pasar sekunder, pasar sekunder di Indonesia adalah Bursa Efek Jakarta ( BEJ ) Dan Bursa Efek Surabaya ( BES ).
Kekuatan pasar dapat menjadi tombak dalam penentuan nilai perusahaan, dimana jika pasar menilai bahwa perusahaan penerbit saham dalam kondisi baik, maka biasanya harga saham perusahaan akan naik. Demikian pula sebaliknya, jika perusahaan dinilai rendah oleh pasar maka harga saham perusahaan dinilai rendah oleh pasar sehingga akan berdampak pula pada harga saham perusahaan yang akan ikut menurun bahkan bias lebih rendah dari harga di pasar perdana. Dengan demikian, kekuatan tawar menawar di pasar sekunder antara investor yang satu dengan investor yang lain sangat menentukan harga saham perusahaan.
2.2.2 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Harga Saham
Menurut Weston dan Brigham ( 2001:26 ), factor-faktor yang mempengaruhi harga saham adalah :
1. Laba per lembar saham (Earning Per Share/EPS)
Seorang investor yang melakukan investasi pada perusahaan akan menerima laba atas saham yang dimilikinya. Semakin tinggi laba per lembar saham (EPS) yang diberikan perusahaan akan memberikan pengembalian yang cukup baik. Ini akan mendorong investor untuk melakukan investasi yang lebih besar lagi sehingga harga saham perusahaan akan meningkat.
2. Tingkat Bunga
Tingkat bunga dapat mempengaruhi harga saham dengan cara :
a. Mempengaruhi persaingan di pasar modal antara saham dengan obligasi, apabila suku bunga naik maka investor akan menjual sahamnya untuk ditukarkan dengan obligasi. Hal ini akan menurunkan harga saham. Hal sebaliknya juga akan terjadi apbila tingkat bunga mengalami penurunan.
b. Mempengaruhi laba perusahaan, hal ini terjadi karena bunga adalah biaya, semakin tinggi suku bunga maka semakin rendah laba perusahaan. Suku bunga juga mempengaruhi kegiatan ekonomi yang juga akan mempengaruhi laba perusahaan.
3. Jumlah Kas Deviden yang Diberikan
Kebijakan pembagian deviden dapt dibagi menjadi dua, yaitu sebagian dibagikan dalam bentuk deviden dan sebagian lagi disisihkan sebagai laba ditahan. Sebagai salah satu factor yang mempengaruhi harga saham, maka peningkatan pembagian deviden merupakan salah satu cara untuk meningkatkan kepercayaan dari pemegang saham karena jumlah kas deviden yang besar adalah yang diinginkan oleh investor sehingga harga saham naik.
4. Jumlah laba yang didapat perusahaan
Pada umumnya, investor melakukan investasi pada perusahaan yang mempunyai profit yang cukup baik karena menunjukan prospek yang cerah sehingga investor tertarik untuk berinvestasi, yang nantinya akan mempengaruhi harga saham perusahaan.
5. Tingkt Resiko dan Pengembalian
Apabila tingkat resiko dan proyeksi laba yang diharapkan perusahaan meningkat maka akan mempengaruhi harga saham perusahaan. Biasanya semakin tinggi resiko maka semakin tinggi pula tingkat pengembalian saham yang diterima.
2.3 Laba Per Lembar Saham ( Earning Per Share/EPS )
2.3.1 Pengertian Laba Per Lembar Saham ( Earning Per Share/EPS )
Pada umumnya dalam menanamkan modalnya investor mengharapkan manfaat yang akan dihasilkan dalam bentuk laba per lembar saham (EPS). Sedangkan jumlah laba per lembar saham (EPS) yang didistribusikan kepada para investor tergantung pada kebijakan perusahaan dalam hal pembayaran deviden. Laba per lembar saham (EPS) dapat menunjukan tingkat kesejahteraan perusahaan, jadi apabila laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan kepada para investor tinggi maka menandakan bahwa perusahaan tersebut mampu memberikan tingkat kesejahteraan yang baik kepada pemegang saham, sedangkan laba per lembar saham (EPS) yang dibagikan rendah maka menandakan bahwa perusahaan tersebut gagal memberikan kemanfaatan sebagaimana diharapkan oleh pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat diartikan sebagai berikut :
Menurut Larson dkk ( 2000:579 ) laba per lembar saham ( ESP ) adalah :“Earning Per Share, also called net income per share, is the amount of income earned per each share of company’s outstanding common stock.”
Menurut Besley dan Brigham ( 2000:83 ) laba per lembar saham (EPS), adalah : “Earning Per Share is called ‘the bottom line’, denoting that of all the items of on the income statement.”
Dengan demikian, laba per lembar saham (EPS) menunjukan kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba dan mendistribusikan laba yang diraih perusahaan kepada pemegang saham. Laba per lembar saham (EPS) dapat dijadikan sebagai indicator tingkat nilai perusahaan. Laba per lembar saham (EPS) juga merupakan salah satu cara untuk mengukur keberhasilan dalam mencapai keuntungan bagi para pemiliki saham dalam perusahaan.
2.3.2 Penilaian Laba Perlembar Saham ( EPS )
Angka laba per lembar saham (EPS) diperoleh dari laporan keuangan yang disajikan oleh perusahaan. Karena itu langkah pertama yang dilakukan adalah memahami laporan keuangan yang disajikan perusahaan. Ada dua laporan keuangan yang utama yaitu neraca dan laporan rugi laba.
Neraca menunjukan posisi kekayaan, kewajiban financial dan modal sendiri pada waktu tertentu. Laporan rugi laba menunjukan berapa penjualan yang diperoleh, berapa biaya yang ditanggung dan berapa laba yang diperoleh perusahaan pada periode waktu tertentu (biasanya selama 1 tahun).
Alasan mengapa laba per lembar saham (EPS) disajikan di laporan laba rugi menurut Niswonger dkk ( 2000:14 ) adalah :
“Jumlah absolute laba bersih sulit untuk dipakai mengevaluasi profitabilitas perusahaan jika jumlah modal pemegang saham banyak berubah. Dalam kasus seperti itu profitabilitas perusahaan dapat dinyatakan dengan laba per lembar sahm (EPS).”Sedangkan perhitungan laba per lembar saham (EPS) menurut Niswonger dkk ( 2001:15 ) adalah :
“Jika sebuah perusahaan hanya memiliki saham biasa yang beredar, maka laba per lembar saham biasa ditentukan dengan membagi laba bersih dengan jumlah saham biasa yang beredar. Jika ada saham preferen sebelum di bagi dengan jumlah saham biasa yang beredar.”
Dari penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa perhitungan laba per lembar saham biasa adalah :
Laba Bersih
Laba per lembar saham =
Jumlah saham biasa yang beredar
2.4 Hubungan Laba perlembar Saham Terhadap Perubahan Harga Saham
Penelitian di Indonesia mengenai factor-faktor yang berhubungan dengan harga saham sudah banyak dilakukan. Penelitian tentang pentingnya laporan keuangan menghasilkan bahwa 52,86% responden mengandalkan laporan keuanagn. Hasil yang lain menyatakan bahwa informasi terpenting bagi investor dan analisis sekuritas adalah laba perlembar saham (Triyono dan Jogiyanto,2004:24).
Triyono (1998) menguji informasi arus kas dari aktivitas pendanaan, investasi, operasi, dan laba akuntansi dengan harga dan return saham. Sampel pada penelitian yang di lakukan adalah 34 perusahaaan manufaktur yang Go Public di BEJ, hasil penelitian menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan antara arus kas, maupun ketiga komponen adalah return saham.
Dalam prakteknya, para investor di pasar modal mempunyai beberapa motif atau tujuan dalam membeli saham bank yang telah melakukan emisi sahamnya. Motif-motif tersebut adalah sebagai berikut:
1. Memperoleh deviden berdasarkan keputusan RUPS.
2. Mengejar Capital Gain jika bermain di bursa efek.
3. Menguasai perusahaan melalui pencapaian mayoritas saham.
BAB III
METODE PENELITIAN
METODE PENELITIAN
3.1 Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian dalam penulisan proposal ini adalah EPS dengan Perubahan Harga saham pada PT. Bank Mandiri Syariah.
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penuyusunan proposal ini adalah metode deskriptif, yaitu dimulai dari menyusun dan mengklasifikasikan data yang telah dikumpulkan, menganalisanya, dan kemudian menginterpretasikannya secara deskriptif untuk memberikan gambaran tentang fakta-fakta yang ada. Selain itu juga penulis menggunakan metode penelitian asosiatif (hubungan) yang merupakan penelitian yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel atau lebih antara sruktur modal terhadap likuiditas. Dengan penelitian ini maka akan dapat di bangun suatu teori yang dapat berfungsi untuk menjelaskan dan meramalkan suatau gejala yang ada.
3.3 Operasional Variabel
Dalam penelitian ini penyusun membagi variabelnya menjadi sebagai berikut:
1. Variabel (X) atau Independent Variabel yaitu variabel yang tidak tergantung atas variabel lain dan variabel ini disebut juga variabel bebas, pada penelitian ini yang menjadi Variabel X adalah Laba Perlembar Saham.
2. Variabel (Y) atau Dependent Variabel yaitu variabel yang tergantung atas variabel lain, dan variabel ini disebut juga variabel terikat. Pada penelitian ini yang menjadi variabel Y adalah Harga Saham.
Operasional Variabel
Variabel
Indikator
Skala
EPS
· NET Income
· Jumlah rata-rata saham beredar
Rasio
Harga Saham
· Harga saham awal periode
· Harga saham akhir periode
Rasio
3.4 Jenis dan Sumber Data
Dalam melakukan penelitian ini penyusun menggunakan dua macam jenis dan sumber data, yaitu:
1. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari perusahaan yang bersangkutan dengan cara wawancara dan observasi dengan pihak terkait.
2. Data Sekunder, yaitu data-data yang diperoleh dari pengamatan langsung melainkan dari hasil studi kepustakaan baik berupa literatur maupun dokumen perusahaan
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Di dalam melakukan pengumpulan data penulis menggunakan teknik:
1. Observasi, yaitu langsung datang ke tempat objek yang ingin diteliti yaitu PT. Bank Mandiri Syariah..
2. Wawancara kepada para pegawai PT. Bank Mandiri Syariah.
3. Kepustakaan, yaitu melalui buku-buku tentang EPS dan Harga Saham.
3.6 Teknik Analisis Data
Untuk menentukan persamaan regresi linier sederhana dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
Y = a + b X
a =
b =
Dimana:
a = Harga Y bila X = 0 (harga konstan)
b = Angka arah atau koefisien regresi, yang menunjukan angka peningkatan
ataupun penurunan variable dependen yang didasarkan pada variabel independent.
Bila b (+) maka naik, dan bila (-) maka terjadi penurunan.
Y = Subjek / nilai dalam variabel dependen yang di prediksikan
X = Subjek pada variabel independent yang mempunyai nilai tertentu
Untuk menganalisis data apakah antara variabel X (struktur modal) dan variabel Y (likuiditas) mempunyai hubungan atau tidak, maka penulis menggunakan rumus:
r =
Dimana:
n = Jumlah data
r = Korelasi ( Hubungan )
X = Variabel bebas ( Independen Variabel )
Y = Variabel tidak bebas ( Dependen Variabel )
Sedangkan untuk menentukan sebarapa besar kontribusi dari X terhadap naik turunnya nilai Y, maka harus dihitung suatu korelasi yang disebut koefisien penentuan ( Coefficient Of Determination ), rumusnya adalah sebagai berikut:
KD = rx 100%
KD = Coefficient of Determination
r = Corellation
3.7 Rancangan Uji Hipotesis
Untuk menguji hipotesis pengaruh struktur modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Mandiri Syariah..dapat dilakuakan dengan uji signifikan korelasi dipakai sebagai pembuktiannya adalah sebagai berikut:
Ø Jika H = 0, berarti tidak ada hubungan yang signifikan dan positif antara struktur modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Mandiri Syariah..
Ø Jika H0, berarti ada hubungan yang signifikan dan positif antara struktur modal terhadap likuiditas pada PT. Bank Mandiri Syariah...
Rumus sebagai berikut : t =
Keterangan:
n = Banyaknya data
r = Koefisien korelasi antara variabel X (struktur modal) dan variabel Y (likuiditas).
DAFTAR PUSTAKA
Husnan, Suad dan Eni Pudjiastuti. 2002. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Yogyakarta: UPP AMP YKPN.
Munawir, S. 2002. Analisa Laporan Keuangan. Yogyakarta: Liberty.
Riyanto, Bambang. 2001. Dasar-Dasar Pembelanjaan Perusahaan. Yogyakarta: PT BPFE.
Sartono, Agus R. 2001. Manajemen Keuangan Teori Dan Aplikasi. Yogyakarta: PT BPFE.
Sawir, Agnes. 2001. Analisis Kinerja Keuangan Dan Perencanaan Keuangan Perusahaan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono. 2004. Metode Penelitian Bisnis. Bandung: CV. Alfabeta.
Sundjaja, Ridwan. S. Dan Inge Barlian. 2003. Manajemen Keuangan. Jakarta: Literia Lintas Media.